Mengeja Kembali Rinjani Melaui Sangkep Beleq Festival Rinjani 2020

Minggu lalu tepatnya 6 Oktober 2020, saya berkesempatan mengikuti sebuah acara yang bernama Sangkep Belq yang merupakan rangkaian dari Festival Rinjani. Apa dan bagaimana Sangkep Beleq ini? Simak rilis yang saya tulis di bawah ini


Taman Narmada

Membicarakan kawasan Rinjani sejatinya kita tengah membicarakan hal yang sangat kompleks. Rinjani menaungi berbagai macam hal penting di Pulau Lombok. Kebudayaan, Keberagaman, Keanekaragaman hayati dan hajat hidup orang banyak. Maka membicarakan Rinjani kita perlu menyediakan ruang dan waktu yang khusus bersama tokoh-tokoh masyakarat dan banyak elemen masyarakat di pulau Lombok agar tercipta sebuah kesepakatan dan keputusan yang tepat serta berkelanjutan. Maka Sangkep (Musyawarah) yang merupakan rangkaian dari Festival Rinjani adalah salah satu upaya yang tepat untuk itu. Sangkep (musyawarah), biasanya dilakukan oleh tokoh agama, tokoh adat, dan para tetua dengan tujuan untuk memformulasikan dari apa yang diwariskan scara turun menurun. Sangkep pada kegiatan ini dilakukan secara online (virtual) dan offline. Menyesuaikan keadaan yang sedang dilanda pandemi.

Sangkep Pertama di sebut Sangkep Multi Pihak berlangsung baik pada  tanggal 26 September 2020 di Bayan, Lombok Utara yang disiarkan langsung melalui Kanal Youtube Santiri Foundation dan Aplikasi Zoom Meeting. Sangkep ini ditujukan agar Piagam Palagan Hati dan Piagam Rinjani bisa lebih memasyarakat dan sekaligus agar ada rancangan konseptual dan programatik bagaimana kedua piagam tersebut dapat diimplementasikan secara kolaboratif, fungsional, dan sinergik sehingga Rinjani yang lestari dan berkemanfaatan secara adil bisa diwujudkan.

Sangkep Beleq yang bertema “Palagan Hati : Piagam Lintas Agama untuk Hutan Tropis” di hadiri oleh Pemangku Adat (Masyarakat Adat) Kabupaten Lombok Utara, Taman Nasional Gunung Rinjani, 10 orang masyarakat adat dari Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan penyelenggara Festival Rinjani IV serta Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Ditjen Kebudayaan, Kemendikbud Sjamsul Hadi, SH, MM yang mewakili Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang pada akhirnya melahirkan kesepakatan-kesepakatan yang dimantapkan pada Sangkep Beleq Penutup. Dalam sangkep ini, hasil-hasil dan rumusan sangkep terarah disampaikan oleh masing masing perwakilan. Rumusan-rumusan tersebut selanjutnya akan dibahas dan dipertajam bersama sehingga menjadi rencana programatik garis besar. Formulasi konseptual (hasil Sangkep Beleq Pertama) dan programatik ini kemudian dirangkum menjadi satu kesatuan untuk direkomendasikan kepada para pengampu dan pemangku amanah di berbagai level dan sektor. Di dalamnya termasuk rekomendasi kelembagaan inklusif yang menaunginya dan kesepakatan untuk menindaklanjuti dengan menyusun dan memberlakukan Awiq awiq (Komunitas adat dan Lokal) yang diperkuat dengan Peraturan Pemerintah (Peraturan Desa, Peraturan antar Desa Lingkar Rinjani, Peraturan Daerah Provinsi, dan/atau Peraturan Bersama antar Kepala Daerah di Lingkar Rinjani (Pulau Lombok), serta kesepakatan bersama antar Pemangku amanah Rinjani (MoU)

Nah, Hasil Sangkep akan diserahkan kepada para pengampu di level desa, kabupaten kota, propinsi, dan nasional pada saat puncak acara Festival Rinjani, untuk dijadikan landasan bersama secara kolaboratif maupun sendiri-sendiri.

Sangkep Beleq Penutup dilaksanakan di Taman Narmada pada tanggal 6 Oktober 2020, dengan mengedepankan protokol Covid-19 dan dengan Tema “Betabik, Mengeja Ulang Saujana Rinjani Melalui Sangkep Beleq” merupakan rangkaian dari kegiatan Festival Rinjani IV. Sangkep Beleq dilaksanakan bertujuan untuk “Mengeja Kembali Rinjani” yang penting untuk disegerakan demi mendekati pemahaman yang tepat dan benar terkait kode penciptaan yang melekat pada Rinjani.

Kegiatan ini dihadiri dan diikuti oleh 60 peserta baik mengikuti secara online (virtual) dan offline dengan protap Covid-19 ini fokus berdiskusi tentang konsep Palagan Hati. Peserta meliputi Pemerintah pusat, Pemerintah daerah, Instansi swasta, Peguruan Tinggi, Masyarakat Adat, Tokoh Perempuan, Tokoh Agama, dan penyelenggara Festival Rinjani IV.

Dalam kegiatan ini hadir Asisten 1 Bupati Kabupaten Lombok Barat yang sekaligus membuka acara Sangkep Beleq. Beliau menyampaikan bahwa sangkep diharapkan bisa menemukan konsep keharmonisan dari PALAGAN HATI dan bisa turun menjadi program kongkrit serta dikolaborasikan dengan berbagai stakeholder internal dan eksternal, agar konsep PALAGAN HATI tidak menjadi konsep saja dan bisa di lakukan implementasikan dalam jangka pendek, menengah dan Panjang.

Asisten 1 Bupati Kabupaten Lombok Barat juga berharap Rinjani bisa kembali ke bentuk aslinya yakni memberikan bermanfaat dan dikelola dengana arif dan bijaksana, karena kerusakan yang telah terjadi sebelumnya harus dipertanggungjawabkan oleh semua pihak.

Melalui Zoom Meeting, hadir pula Professor Din Syamsuddin yang menyampaikan bahwa  pemuka agama di seluruh dunia prihatin dengan kondisi alam seperti perubahan iklim dan pemanasan global. Karena situasi ini menimbulkan dampak yang luas salah satunya adalah kerusakan alam dan permasalahan lingkungan hidup. Professor Din Syamsuddin juga menyampaikan bahwa kerusakan alam dan permasalahan lingkungan hidup yang terjadi merupakan tanggung jawab moral manusia karena kesalahan manusia dalam mengelola alam. Kesalahan ini terjadi karena manusia menjadikan alam sebagai objek bukan subjek. Jika dijadikan sebagai objek, maka hal yang paling utama dilakukan yakni eksploitasi yang menyebabkan kerusakan alam. Maka dari itu, diperlukan perubahan pola pikir yang menjadikan alam sebagai objek digeser menjadi subjek karena alam sendiri memiliki jiwa atau soul.

Dalam sangkep (musyawarah) ini dapat disimpulkan bahwa pengelolaan hutan menggunakan model kearifan lokal dan agama lebih berhasil dibandingkan dengan pendekatan hukum normatif seperti undang undang, perda maupun peraturan lainnnya. Pada dasarnya, semua pihak yang berada di lingkar Rinjani memiliki visi yang sama untuk memuliakan Rinjani. Sehingga regulasi yang ada diharapkan lebih memuliakan dibandingkan mengeksploitasi Rinjani. Seperti yang disampaikan oleh TGH Hasanain Juaini melalui virtual meeting bahwa sudah saatnya menggunakan ajaran dan kitab agama masing-masing dalam mengelola alam. TGH Hasanaen juga memberikan pemahaman bahwa Pulau Lombok merupakan pulau kecil dan tidak harus berpatokan dengan kawasan lingkar Rinjani namun seluruh Lombok pada umumnya. Karena kerusakan alam atau lingkungan yang terjadi di Pulau Lombok akan memberikan kerusakan pada Rinjani, begitu pula sebaliknya kerusakan Rinjani memberikan kerusakan pada Pulau Lombok. Beliau juga memaparkan sebuah contoh bahwa melalui kearifan lokal ini, di kawasan Sedau Lombok Barat, tanah kering yang tidak bisa ditumbuhi tanaman, diperlakukan sebagai subjek melalui pendekatan kearfian lokal berhasil berubah menjadi kawasan yang hijau dan tumbuh kawasan hutan. Lebih lanjut TGH. Hasanaen menyampaikan kerusakan alam yang dihadapi saat ini sangat berat, secara materil tidak akan bisa diperbaiki kembali. Namun kearifan lokal yang dibangun bisa membuat alam kembali normal.

Sangkep Beleq yang menjadi penutup rangkaian Sangkep Festival Rinjani menjadi wadah bertukar pikiran para tokoh masyarakat, instansi, dan lembaga yang berkaitan dengan Kawasan Rinjani melalui diskusi yang berisi dan menghasilkan beberapa poin penting terkait kawasan Rinjani, antara lain :

1. Semua pihak yang berada di lingkar Rinjani memiliki visi yang sama yakni bersama-sama ingin memuliakan Rinjani.

2. Daya saing yang ada untuk pengelolaan Rinjani saat ini berada di masyarakat dengan kekuatan keuangan bukan masyarakat adat.

3. Berbicara struktur pembangunan masyarakat adat selalu di bawah. Karena pemuliaan , masyarakat adat harus di atas. Sehingga pembangunan yang ada di masyarakat adat harus sesuai dengan daerah di bawahnya bukan menurut pusat.

4. Mengingat beberapa daerah di lingkar rinjani akan melangsungkan Pilkada, peserta Sangkep mengusulkan kepada pada Calon KADA untuk concern terhadap keadaan di lingkar Rinjani.

5. Masyarakat adat perlu kelembagaan yang kuat seperti komunikasi, informasi dan edukasi.

6. Pembangunan pemuliaan harus masuk RPJMD agar menjadi mainstream.

7. Regulasi juga diperhatikan perda mana yang sifatnya eksploitasi atau pemuliaan.

8. Memberikan ruang ekspresi bagi pemuda dalam berkontribusi terkait rinjani baik pemuda adat maupun pemuda lainnya. Diharapkan ada sangkep khusus bagi pemuda untuk membahas hal tersebut.

9.  Peran penting agama juga harus diikutsertakan dalam pemuliaan alam dan hutan.

10. Branding juga perlu dilakukan untuk memaknai Kembali TNGR seperti apa. Jika membicarakan beauty lebih ke pariwisata, namun jika menggunakan wonderful maka akan muncul nilai-nilai kebudayaan dan Pendidikan.


Gallery Sangkep Beleq Festival Rinjani 6 Oktober 2020












Comments

  1. Betway Casino Review - Dr. McD
    Betway was founded 구리 출장샵 in 1998 and was one of the best online 구리 출장샵 casinos in the world. With more than 300 전주 출장샵 years 세종특별자치 출장샵 of experience in 정읍 출장안마 online gaming, we 🎁 Bonus: $200💰 Min Withdrawal: $50💸 Min Deposit: $20 Rating: 3.9 · ‎Review by Dr

    ReplyDelete

Post a Comment