Review Film Budi Pekerti (2023) | Ngerinya Berhadapan Dengan Netizen!


Hari ini kami menonton film Indonesia yang berjudul Budi Pekerti. Atau dalam bahasa Inggris nya Andragogy. Kami nonton bertiga seperti biasa. Kalau biasanya nontonnya di Cinepolis atau CGV kali ini kami nonton XXI Epicentrum Mall karena ternyata Cinepolis tutup (atau pindah?) dan mau ke CGV udah kesorean dan jauh. Jadilah ke XXI.

Kenapa XXI pilihan terakhir karena di dua bioskop lainnya lebih sepi, tenang dan lebih murah hehehe. Saya tidak terlalu suka keramaian.

Oke, back to film!

Film ini dibintangi aktor-aktor yang jam terbangnya udah gak diragukan lagi; Sha Ine Febrianti, Dwi Sasono, Prily Latuconsina dan si kanak sasak sak solah gati; Angga Yunanda. Akting mereka gila keren semua. Intens!
Film Budi Pekerti bercerita tentang Bu Prani (Sha Ine Febrianti) yang harus menghadapi situasi yang berat karena potangan video 20 detik nya di pasar menjadi viral dan mempengaruhi hampir seluruh hidup mereka.
Film Budi Pekerti berhasil menghadirkan konflik yang terbilang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat zaman sekarang. Film ini sukses menampilkan kengerian media sosial dalam menghancurkan kehidupan Bu Prani sebagai guru dan juga keluarganya hanya lewat video yang berdurasi 20 detik. Masalah yang ada dalam film ini pun benar-benar dibawakan dengan cara yang realistis, humanis, dan juga bikin emosional.
Setelah Film Penyalin Cahaya, Film Budi Pekerti ini adalah karya superr keren dari Director nya Wregas Bhanuteja.
Saya dibuat merinding dan terharu sekali karena cerita nya relate sekali dengan keadaan sekolah beberapa waktu lalu. Menjadi viral dan berhadapan dengan komen netizen itu begitu mengerikan. Harus benar-benar berpikir Berkali-kali lipat sebelum memutuskan bagaimana menghadapi hujatan netizen atas apa yang menurut mereka salah padahal mereka hanya melihat dari video 20 setik atau dari kabar "Katanya" netizen.
Film ini benar-benar akan membuat kita semua jadi lebih berhati-hati dalam bersikap di ruang publik dan bersosial media.
Selain ceritanya yang relateable, film garapan Wregas Bhanuteja juga terbilang selalu menarik secara visual. Apalagi, Budi Pekerti kembali menghadirkan sejumlah simbol semiotika pada visualnya yang bisa dibilang jadi ciri khas tersendiri. Sayangnya, arti dari beberapa simbol semiotika tersebut kurang tergambarkan dengan jelas sewaktu menonton, berbeda seperti Penyalin Cahaya yang artinya sangat jelas.
Terlepas dari hal tersebut, cara pengambilan gambar dalam film ini tetap membuat sejumlah adegannya jadi terasa semakin dramatis. Begitu juga scoring dan soundtrack sepanjang filmnya yang sukses membuat momen Bu Prani membuktikan dirinya tak bersalah jadi semakin terasa emosional.
Film ini sangat saya rekomendasiin untuk teman-teman tonton bersama.
Rating dari saya untuk film ini : 9,5/10





Comments