Mengapa perundungan di masa kecil sangat merugikan? Berikut penjelasan lebih detail.
1. Trauma yang Membekas Selamanya
Perundungan bukan hanya tentang diejek atau dipukul. Bagi anak, perundungan berarti kehilangan rasa aman di lingkungannya — entah itu di sekolah, rumah, atau lingkungan sosial.
Trauma ini sering kembali muncul di kemudian hari dalam bentuk mimpi buruk, kilas balik, atau kecemasan yang sulit dijelaskan. Sebagian korban bahkan bisa mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) yang membuat hidup terasa terus dibayang-bayangi masa lalu. Luka psikis ini tidak selalu hilang meski korban sudah dewasa, menikah, atau sukses secara karier.
2. Hilangnya Rasa Percaya Diri
Salah satu dampak paling nyata adalah minder dan rendah diri. Korban perundungan terbiasa mendengar kata-kata merendahkan, sehingga mereka mulai percaya bahwa dirinya memang tidak berharga.
Saat dewasa, pola pikir ini bisa menahan mereka dari banyak kesempatan, misalnya takut berbicara di depan umum, enggan melamar pekerjaan, atau tidak berani menunjukkan kemampuan.
Ironisnya, pelaku sering sudah lupa dengan perbuatannya, sementara korban masih menanggung beban luka batin tersebut.
3. Kesempatan yang Hilang
Ketidakpercayaan diri akibat perundungan membuat banyak potensi terpendam.
- Anak yang sebenarnya pintar mungkin tidak berani mengangkat tangan di kelas.
- Remaja yang berbakat mungkin tidak mau ikut lomba atau tampil di depan umum.
- Saat dewasa, rasa takut gagal atau takut ditolak bisa menghambat karier dan peluang hidup lainnya.
Dengan kata lain, perundungan mencuri kesempatan emas yang seharusnya bisa membawa korban menuju masa depan yang lebih cerah.
4. Beban Berat di Usia Dewasa
Saat memasuki dunia orang dewasa, korban perundungan menghadapi tantangan baru: pekerjaan, keluarga, finansial, dan tanggung jawab sosial.Trauma masa kecil sering memperberat perjalanan ini karena mereka sudah terbiasa merasa tidak cukup baik. Akibatnya, stres mudah menumpuk dan hidup terasa jauh lebih berat dibanding orang lain yang tumbuh dengan dukungan positif.
5. Hubungan Sosial yang Terganggu
Perundungan juga meninggalkan bekas pada cara korban berhubungan dengan orang lain. Ada yang menjadi sangat tertutup karena takut disakiti lagi. Ada pula yang terlalu bergantung pada orang lain karena haus akan penerimaan. Kedua kondisi ini sama-sama berisiko menimbulkan hubungan yang tidak sehat, baik dalam pertemanan, percintaan, maupun lingkungan kerja.
6. Gangguan Kesehatan Mental dan Fisik
Efek perundungan tidak hanya berhenti pada perasaan. Korban bisa mengalami depresi, kecemasan, hingga gangguan tidur. Dalam jangka panjang, stres berkepanjangan juga bisa menurunkan sistem imun dan memicu penyakit kronis seperti hipertensi, masalah pencernaan, atau autoimun. Artinya, luka batin akibat perundungan benar-benar bisa menjalar hingga ke tubuh fisik.
7. Pandangan Hidup yang Terdistorsi
Seorang korban perundungan bisa tumbuh dengan keyakinan yang keliru tentang dirinya dan dunia. Ada yang merasa dunia terlalu kejam dan tidak aman. Ada yang yakin dirinya tidak layak dicintai atau dihargai. Ada pula yang sulit merasakan kebahagiaan karena selalu merasa kurang dibanding orang lain. Pandangan hidup yang keliru ini membuat perjalanan menuju kebahagiaan jauh lebih terjal.
***
Perundungan di masa kecil bukan sekadar "fase nakal" yang bisa dilupakan. Dampaknya nyata, panjang, dan sering kali menyakitkan. Ia bisa mencuri rasa percaya diri, menghilangkan peluang hidup, dan meninggalkan luka batin yang terus terbawa hingga dewasa.
Karena itu, pencegahan perundungan dan dukungan pemulihan bagi korban harus menjadi perhatian bersama — baik oleh orang tua, guru, maupun masyarakat. Setiap anak berhak tumbuh dengan rasa aman, dihargai, dan dicintai.
Comments
Post a Comment