5 Pelajaran Emas dari Henry Manampiring: Nasihat dari Usia 50 untuk Generasi 20-an


Dalam buku 50 to 20Henry Manampiring (Om Piring) membagikan refleksi penting dari lima dekade hidupnya. Nasihat yang terangkum dalam buku ini menjadi panduan berharga bagi generasi muda di usia 20-an hingga 30-an dalam menavigasi kompleksitas hidup, mulai dari karier, finansial, hingga mengatasi kecemasan di tengah gejolak perubahan, era digital, dan kecerdasan buatan (AI).

Berikut adalah lima poin utama yang wajib dicamkan oleh anak muda agar tidak menyesal di kemudian hari.

1. Habiskan Jatah Kesalahan Selagi Muda: Beranilah Eksperimen

Salah satu penyesalan terbesar Om Henry di usia 20-an adalah terlalu takut gagal dan tidak cukup bereksperimen. Dalam masa muda, jendela untuk melakukan kesalahan dan bangkit kembali (room for error) masih sangat besar.

"Berbuat salahlah selagi lu masih muda. Karena berbuat kesalahan di usia 20-an sama berbuat kesalahan kayak gua di usia 50-an itu konsekuensinya beda banget."

Ketakutan (fear) seringkali menghambat potensi. Alih-alih menganggap takut sebagai musuh yang harus dilawan, Om Henry menyarankan untuk mengubah hubungan dengan rasa takut; pandang rasa takut sebagai "teman terbaik yang obsesif dan protektif." Niatnya baik, yaitu melindungi. Untuk melawan ketakutan yang menghambat, praktikkan dua pertanyaan rasional berikut sebelum bertindak (seperti mengambil risiko karier atau mencoba hal baru):

✅Apa hal terburuk yang mungkin terjadi dari pilihan ini?

Jika benar terjadi, apakah hal tersebut benar-benar seburuk itu?

Seringkali, rasa malu atau gagal akan segera dilupakan orang lain karena "semua orang sibuk sama dirinya sendiri."

2. Prioritaskan Mandiri, Passion adalah Bonus

Di tengah hingar-bingar media sosial yang mengelu-elukan "kejarlah passion-mu," Om Henry menekankan bahwa prioritas pertama bagi anak muda adalah kemandirian finansial (financial independence).

"The first priority lu bisa mandiri atau enggak? Jalan seperti apa? Terserah yang penting lu bisa mandiri enggak."

Mandiri di sini berarti tidak lagi menjadi beban bagi orang tua. Mencapai kemandirian tidak harus langsung melalui pekerjaan impian atau sesuai passion. Bekerja sebagai badut atau sales promotion boy (seperti yang dialami Rori) bukanlah hal hina jika tujuannya adalah mandiri.

Pekerjaan "Bukan Passion" Memberi Bekal Berharga: Pekerjaan non-passion justru dapat memberikan knowledge dan skill yang berharga, seperti ilmu menjual, membaca manusia, atau ketahanan mental. Keterampilan ini, yang didapat dari pengalaman di dunia nyata, akan menjadi modal berharga ketika kamu akhirnya memutuskan untuk banting setir dan mengejar passion sejati.

3. Delayed Marriage dan Keuangan: Kejar Financial Freedom

Dua kesalahan finansial yang disesali Om Henry adalah telat berinvestasi dan gaya hidup terlalu konsumtif tanpa perhitungan.

Investasi dan Gaya Hidup

Om Henry mendorong anak muda untuk segera mulai berinvestasi, sekecil apa pun. Daya ungkit (leverage) terbesar yang dimiliki anak muda adalah waktu (time is on your side). Mengejar materi harus diganti dengan mengejar Financial Freedom.

"Financial freedom itu tidak artinya uang sebanyak-banyaknya. Tapi financial freedom itu buat gua adalah lu mencapai level di mana lu punya opsi."

Opsi (Freedom) di sini berarti memiliki dana darurat yang cukup dan tabungan jangka panjang, sehingga ketika merasa tidak bahagia di pekerjaan, di-PHK, atau menghadapi krisis, Kamu memiliki kekuatan untuk mengambil keputusan (memiliki F-money) tanpa didikte oleh rasa putus asa.

Relasi dan Menikah

Menikah harus dianggap sebagai keputusan mahal yang tidak boleh tergesa-gesa (Delayed Marriage). Menikah di usia yang terlalu muda, saat diri sendiri masih dalam tahap mencari dan berubah (influx), dapat meningkatkan risiko penyesalan. Penting untuk diingat:

❗Menikah adalah pilihan, bukan kewajiban.

Anak bukanlah dana pensiun atau investasi masa tua orang tua.

4. Mengatasi Overthinking dengan Underdoing

Cemas, gelisah, dan overthinking adalah masalah umum generasi muda. Om Henry menawarkan formula sederhana: "Gua percaya overthinking itu adalah akibat underdoing."

Overthinking muncul karena kamu kurang bertindak (underdoing). Ketika pikiran terlalu sibuk menganalisis hal-hal di luar kendali (uncontrollable), segera alihkan energi untuk bergerak dan bertindak pada hal-hal yang dapat kamu kendalikan.

Terapkan Dikotomi Kendali (Stoikisme):

✔ Pisahkan: Apa yang di luar kendali kamu (omongan orang, kebijakan politik, resesi, masa lalu).

✔ Fokus: Apa yang di bawah kendali kamu (belajar skill baru, networking, merencanakan keuangan, berolahraga, mengambil tindakan).

Jika kamu khawatir AI akan menggusur profesi, alih-alih meratap, gunakan waktu untuk belajar skill baru agar kamu siap menyeberang atau beradaptasi.

5. Attitude dan Skill di Era Digital: Humility dan Adaptasi

Dalam menghadapi era AI dan perubahan yang cepat, Om Henry menyebutkan bahwa ada dua lapisan yang harus dimiliki anak muda: Attitude dan Skill.

A. Attitude: Humility (Kerendahan Hati)

Kerendahan hati adalah kunci untuk bertahan. Ini berarti siap mengakui bahwa apa yang kamu yakini atau lakukan mungkin sudah tidak relevan (sub-optimal).

"Kerendahan hati untuk mengakui bahwa apa yang gua lakukan mungkin salah, apa yang gua lakukan sedang optimal. Dan gua tidak akan malu untuk banting setir."

Kerendahan hati memungkinkan seseorang, seperti Om Henry sendiri (meninggalkan jabatan mentereng untuk menjadi penulis full-time), untuk melepaskan identitas lama dan gengsi demi mengambil arah baru yang lebih sesuai dengan realitas zaman.

B. Skill: Adaptability (Adaptasi)

Di atas fondasi kerendahan hati, bangunlah kemampuan adaptasi. Dunia tidak linear; industri akan selalu naik turun. Jangan kaku. Penulis hari ini tidak bisa hanya menulis; ia juga harus belajar membuat konten video dan mempromosikannya.

Terakhir, dan yang tak kalah penting, sadari bahwa kesuksesan bukan dicapai sendiri. Bukan teknologi atau AI yang akan menyelamatkan kamu, melainkan orang lain (other people). Perkuat interpersonal skill dan networking kamu karena nobody is a self-made man. Kita semua berhasil berkat kontribusi banyak orang lain.

Comments