Review Film Di Bawah Lindungan Ka'bah

Film ini dimulai saat Hamid (Herjunot Ali) pulang ke kampung halamannya setelah menyelesaikan Sekolah Menengahnya yang di biayai oleh Engku Ja'far ayah dari Zainab (Laudya Cintya Bella). Selanjutnya Hamid melanjutkan sekolahnya ke TAwalib,. 

Zainab telah menaruh hati pada Hamid, begitu juga Hamid. Tapi mereka adalah anak muda muslim yang taat dan menjaga batas-batas adat dan agama. Semakin hari semakin subur rasa cinta mereka. Hari-hari mereka selalu ceria saat bertemu, tertawa di bawah hujan dan bercengkrama meski dibatasi pagar rumah Zainab yang tinggi dan rapat.. Emaknya Hamid menyadari bahwa Hamid mencintai Zainab kemudian menasehati Hamid agar membuang jauh-jauh perasaannya pada Zainab. Zainab adalah anak dari Engku Ja'far yang juga majikan dari Emak dan lagi pula Zainab teklah dijodohkan dengan Arifin oleh keluarganya. Hamid dan zainab tetap menjaga cinta sucinya, menjaga dengan cara yang suci. Hamid, sosok pemuda lembut, pintar, pribadi muslim yang begitu mempesona, dan pula dia tampan. Hamid menyerahkan segala cintanya pada Allah, biarlah Allah yang menyatukan mereka dengan cara-Nya.
Sampai suatu hari, saat hamid akan mengikuti lomba debat di surau. Zainab ingin sekali melihat Hamid berdebat soal agama di surau, ia pun bergegas menyelesaikan tugas dari Ayahnya. Dengan sepedanya Zainab dan Ros melaju kencang menuju ke Surau. Namun petaka datang, Zainab tak dapat mengendalikan sepedanya, iapun terjun ke Sungai bersama sepedanya. Keadaan sepi, semua berada di surau. Ros berteriak histeris meminta pertolongan namun tak ada yang datang, dia terus berteriak sampai akhirnya berhamuburanlah orang-orang di surau termasuk Hamid, Ayah Zainab dan Arifin. Zainab tenggelam dan mereka hanya melihat dari penggir sungai. Tanpa berpikir panjang Hamid terjun ke sungai dan menyelamatkan Zainab, membawanya ke tepi dan memberinya nafas bantuan untuk menyelamatkan jiwa Zainab. Semua yang ada disana tercengang melihat kelancangan Hamid yang sebenarnya untuk menyelamatkan Zainab. Zainab selamat namun Hamid tengah memulai ujian terbesarnya.

Hamid disidang di Surau. Hukuman dibuang dari kampung ia terima dengan lapang setelah tetua memperdebatkan permasalahannya. Hamid pergi dan ekerja sebagai buruh di Stasiun dengan modal kejujuran dan keuletannya. 

Engku Ja'far meninggal dalam perjalanan menuju  Tanah Suci Kekkah. Keluarga Arifin dan Emak Zainab semakin sibuk menjodohkan Zainab dengan Arifin. Tapi Zainab tetap pada pendiriannya bahwa dia akan menikah dengan Lelaki yang mencintainya dan ia cintai. Hamid orangnya. Hamid datang ke Surau untuk ikut Sholat gaib namun warga selalu mengingatkan bahwa ia masih dalam hukuman. Ia pun pergi kembali selepas sholat Ghoib. Bekerja dan terus bekerja, sesekali menjenguk Emaknya yang semakin tua dan sakit-sakitan karena merindukan puteranya yang tengah dihukum. Hingga akhirnya salah satu moment yang membuatku menangis terseduh-seduh (Karena nonton sendiri hehe) adalah saat Hamid kehilangan Emaknya untuk selamanya. Ia berniat membawa Emaknya untu berobat namun diperjalanan, diatas gerobak, emaknya memberikan pesan-pesan terakhirnya dan pergi untuk selamanya. Tak terkira sedihnya Hamid. Ibu yang dicintainya sepenuh hati, teman berbagi suka duka setelah ayahnya meninggal kini telah pergi selamanya, di dalam dekapannya. Scene ini aku benar-benar menangis, kawan.. 

Hamid berkabung dan diberi kelonggaran untuk tetap di kampungnya beberapa hari. Ia mengaji di surau untuk ibunya dengan berderai air mata. Sementara Ibu Zainab semakin gencar menjodohkan Zainab dan Arifin. Ibu Zainab meminta bantuan Hamid untuk membujuk Zainab agar mau menikah, tentu saja Hamid tak sanggup dan dia mengatakan pada ibu zainab "JIka ibunya saja tidak bisa membujuk, apalagi saya..." 
Hamid terus mengaji untuk ibunya di Surau, sampai suatu malam saat ia begitu sedih dengan segala yang ia alami, saat ia benar-benar rindu pada ibunya, rindu pada zainab dan kisah cintanya yang penuh halangan Engku penjaga surau menemuinya. inilah dialognya.

Engku : "Hamid, maafkan Engku, Tapi hukumanmu belum selesai."

Hamid : "Emak saya baru saja wafat engku.."


Engku : "Engku hanya menyampaikan perkataan para tetua dan orang kampung. Hamid, ada yang sebenarnya sangat ingin engku tanyakan pada engkau... Apakah engkau mencintai zainab..."

HAmid : (Terisak dan diam)

Engku : Engkau tidak bisa menjawab pertanyaan engku??

Hamid : saya hanya bisa mengatakan bahwa apa yang saya rasakan untuk Zainab terlalu besar dibandingkan ketika saya difitnah dan di usir dari kampung ini... saya minta diri engku...


Ini salah satu scene yang benar-benar menyayat hati, betapa Hamid begitu sabar dan tulus dengan cintanya pada Zainab. Ia pun meninggalkan kamungnya lagi. Kali ini tujuannya untuk merantau, keluar dari pulaunya. Tujuannya Ka'bah.

Hamid pamit ke rumah zainab, yang ditemuinya adalah ibu zainab, ia pamit merantau kemana saja, terlalu banyak ilmu yang harus saya cari dan itu tak bisa saya dapatkan dengan sekedar berdiam diri kata Hamid dengan sopan. Powerfull sekali kalimatnya! Ia ingin bertemu Zainab tapi Ibu Zainab berbohong, Zainab di kamar tapi ia mengatakan Zainab ke Pasar. Hamidpun berangkat karena kereta akan segera berangkat.

Salam hamid disampaikan pada Zainab namun dengan bumbu-bumbu kebohongan. Namun Zainab diberi tahu Hamid akan berangkat merantau dan sedang menuju stasiun, dengan harapan Zainab aka pasrah, tapi salah Zainab berlari menuju Stasiun dengan sepedanya, sangat kencang, sementara kereta hampir berangkat. Hamid memantapkan hatinya untuk berangkat dan keretapun mulai bergerak meninggalkan stasiun, Zainab muncul dengan kepanikan seorang wanita yang ditinggal kekasih tercinta.. Ia berlari mengejar kereta sambil berteriak memanggil hamid. Hamid melihatnya dan memandangnya dengan getir.. begitupun Zainab, dia berjanji pada dirinya akan menunggu Hamid sampai kapanpun itu.

Sholeh (Tara Budiman), kawan hamid yang bekerja di rumah Zainab akan berangkat ke Mekkah. Zainab menitipkan surat untuk Hamid lewat sholeh. Sholeh bingung dan bertanya hendak menemui hamid dimana? dan dengan mantab Zainab menjawab Kau bawa sajalah surat itu, insyaallah kalau Allah meridhoi surat itu pasti akan sampai di tangan Hamid, biarlah surat itu menempuh takdirnya sendiri.....

Berangkatlah Sholeh ke Mekkah. Sementara Hamid telah berada di Mekkah cukup lama (Special efect untuk kota mekka zaman dulu di film ini sangat fantastis!), ia terus berdoa untuk cintanya. Rindu yang tak pernah putus. Zainabpun demikian, mengaji, berdoa dan berharap untuk bisa dipertemukan dengan pujaan hatinya, satu-satunya lelaki yang ia bayangkan akan menjadi imamnya. Kekuatan cintanya membuat Ibunya menyerah dan pasrah. Kesehatan Zainab semakin tidak baik, kian hari kian sakit. Begitu juga dengan Hamid, hari-harinya hanya untuk ibadah dan berdoa pada Allah sebagai penawar besarnya rindu pada Zainab. Ia menulis surat untuk Zainab.

Suratnya tiba dirumah Zainab saat Zainab meninggalkan rumah subuh hari menuju pantai tempat ia dan hamid pernah melukiskan mimpi mereka. Ros dan Ibunya mengejarnya, memberinya surat dari Hamid lalu membacanya dengan sisa-sisa tenaga terakhirnya. sangat menyayat hati.. Di Mekkah, saat mengelilingi Ka'bah dengan keadaan payah Hamid terjatuh dan terinjak namun ia terus bangkit menyelesaikan ibadahnya hajinya. Hingga ia benar-benar tak kuat dan terjatuh, saat itulah Sholeh melihatnya dan menolongnya berdiri lalu segera memberikan surat dari Zainab.. ia membacanya dengan air mata yang terus mengalir. 

Surat Zainab untuk Hamid..

"Hamid, aku beranikan menulis surat ini dengan keyajinan bahwa surat ini akan di bawa kerumah-Nya, dimana aku tahu, di sanalah kau akan tiba. Setiap pagi aku terbangun dengan air di mata, bukan karena aku menderita dicinta bukan juga karena hidup yang tak berpihak pada kita tapi karena rasa syukur karena dia masih meberiku nafas untuk kembali menunggumu.....dan dsinilah aku Hamid, menunggumu satu-satunya lelaki yang aku bayangkan akan menjadi imamku kelak,lelaki yang mencintaiku dan aku cintai.. Hamid jika dunia ini terlalu sempit untuk kita, biarlah Allah membukan pintu lain untuk kita ketempat dimana segala sesuatu menjadi abadi dan semoga ketika dunia tidak merestui cinta kita, kita punya Allah yang merestuinya..."


Surat Hamid untuk Zainab...

"Zainab maafkan aku pergi tanpa sempat pamit secara pantas kepadamu, maafkan aku karena baru berkirim kabar seteklah melalui perjalanan yang panjang dan saat ini akhirnya aku bisa berada di tanah suci mekkah. Selama perjalanan panjang kemarin Zainab, kau memang tak hadir secara kasat mata di dekatku, tapi akub tak perlu mata untuk merasakan kahadiranmu dalam jiwaku.. Tuhan memberiku kekuatan yang luar biasa untuk mencintaimu bahkan disaat-saat aku kalah cintaku tak dibiarkannya lekang dan hilang...maka disinilah aku berada Zainab, di negeri dimana impian kita berpusat, kubawa jiwamu, cintaku dan cin-Nya bersamaku. teruslah memohon Zainab agar cinta kita menuju jalan terindah..Milik Allah Semata" 

Lalu hamid menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan sahabatnya, Sholeh..

Ending yang sangat-sangat mengharukan kawan, jauh lebih mengharukan dari kisah Romeo dan Juliet (menurutku). Inilah cinta sejati, cinta yang selalu berada dalam naungan cinta-Nya.


_________________________________
Note : Saya menonton film dini hari denan suasana yang tenang, dengan headphone mega bass. Berasa sekali kekuatan cerita film ini dan aku tak malu mengakui air mataku meleleh sepanjang film ini diputar. Emosi terkadang harus di asah dengan film-film seperti ini, agar hati lunak dan otak kanan terasah :)

Silahkan menonton dan ditunggu review teman-teman :)

Comments

  1. btw ne film tu thn brpah yach? alnya pernah dengar tapi gk nonton.pingin nonton jadinya.v skrg gk bisa..punya CDnya gk? pinjam boleh? akn tetapi klo menurutku cinta tu tak ada yang abadi muanya bisa lekang krn ruang dan waktu kecuali cnnta Allah dan Rsulullah..gk terlu paham banyak siich..n how about u?? by arifah west sumbawa girl in the near east

    ReplyDelete
    Replies
    1. film ini tayang pas lebaran 2011 kemarin..
      based on novelnya Buya Hamka

      Delete

Post a Comment