Hanum & Rangga (2018), Faith and The City Review

Pertanyaan besar di film sebelumnya masih menjadi yang menonjol di film ini : Would World Be Better Without Islam?
Masih bercerita tentang Rangga (Rio Dewanto) dan Hanum (Acha Sptriasa), pasangan suami istri yang tengah ke New York dari Vienna untuk project Hanum. Project sukses dan mereka harus kembali ke Vienna, disinilah masalah mulai menghampiri.

Selamat membaca review ala ala ini, genks.

Tepat saat akan naik Taxi, tawaran untuk magang di TV besar di Amerika datang. Hanum bimbang. Ia harus menemani Rangga kembali ke Vienna ketika mimpinya sejak kecil kini di depan mata. Hanya harus menjawab ya atau tidak maka semua akan berubah.

Film Garapan Benny Setiawan ini memang seperti mengulang kisah yang sama dengan film sebelumnya. Setidaknya seperti itu pikiran saya setelah menonton Trailernya. Karena pertanyaan Apakah Dunia akan lebih baik tanpa Islam masih menjadi pertanyaan besar dalam film ini. Namun ternyata Sang Director berhasil memainkan cerita menjadi tidak mudah tertebak. Drama yang dibangun juga bagus meski agak memakan durasi untuk menuju ke scene drama itu.

Konflik-konflik yang dimuncul memberi pelajaran yang bagus tentang komunasi dalam rumah tangga, tentang keinginan-keinginan pribadi pasangan yang kadang tak sejalan dengan situasi dan kondsi bersama. Masing-masing pribadi memiliki mimpi masin-masing dan ini kadang  menghadirkan dilema yang berat. Di film ini kita akan melihat bagaimana Hanum dan Rangga menyelesaikan masalah ini.

Tokoh Azima dan anaknya Sarah kembali hadir. Bukan cuma Rangga yang berubah, Azima dan Sarah pun di film ini diperakan oleh orang yang berbeda, Jika di film-film sebelumnya Azima di perankan Rianty Cartwright di Film ini Titi Kamal dipercaya untuk memerankan Azima, Rangga diperankan oleh Rio Dewanto. Menurut saya tak ada masalah dengan Rio Dewanto karena dia berhasil membuat saya tak memikirkan Abimana sebagai Rangga terdahulu. Porsinya as banget. Yang jadi sedikit masalah akan Azima, terasa ada yang terlalu berbeda antara Rianty dan Titi Kamal jadi ketika scene Azima saya kesulitan untuk mencari relate film ini dan film sebelumnya.

Andy Cooper sang boss TV diperankan oleh Arifin Putra. Tak perlu diragukan lagi akting nya, karakter perannya dapat banget, menyebalkan dan sangat berhasil membuat penonton membenci karakter Andy Cooper yang kapitalis. Di dunianya hanya ada Rating, rating dan rating tinggi untuk acara tv nya. Tak peduli apapun. Bahkan perasaan orang yang ia jadikan narasumber; Azkiyah (Alexandra Gottardo) yang suaminya juga merupakan korban peristiwa 9/11. Karena kejadian itu banyak muslim Amerika mengecam Hanum , hal ini membuat Hanum semakin semangat mencari cara untuk menjawab pertanyan Would World be Better Without Islam?

Ada banyak konflik sebenarnya yang dihadirkan dalam film ini. Dari sini saya mendapat pelajaran dan informasi bahwa betapa banyak hal yang harus dikorbankan dan dilakukan seorang reporter demi rating tinggi. Keluarga, sahabat dan diri sendiri.

Rumah tangga Hanum Rangga goyah seketika. Azima terseret, Andy Cooper terseret. Lalu apa yang akan terjadi? Sebaiknya kalian nonton langsung deh.

Oke, berbicara tentang sinematografi, sebagai awam saya merasa tidak ada yang istimewa dari sinematografi film Harum Rangga ini, tak jauh beda dari yang sebelumnya. Tidak ada sudut-sudut istimewa selain memperlihatkan suasana New York yang sebenarnya sering kita lihat di video-video atau di film-film lain. 

Yang surprise di film ini adalah hadirnya Alex Abbad dengan perannya yang berbeda dengan peran-peran sebelumnya. Disini lebih kemayu meski dengan jenggot menuntai dan he did it! Keren banget emang Alex Abbad ini. Hadirnya Ayu Dewi menambah warna dari film ini, tidak melulu drama rangga dan hanum. Hanya saja penggamabaran bahwa banyak orang Indonesia di sekitar mereka di New York agak-agak membuat saya berpikir aah masa sih .. gitu.  

Over All ini tontonan yang bagus di tonton bersama pasangan halalmu agar lebih saling memahami dan saling support dalam menjalankan Passion masing-masing. Tidak rugilah kamu membeli tiket dan menghabiskan 90 menit waktumu di dalam bioskop. Pesan moral tentang tujuan berumah tangga, tentang membela agama, tentang memanaj perasaan ada di film ini.


Untuk film ini saya kasi rating  3/5. 

Gimana komentarmu tentang film ini? Comment di bawah ya. Mohon maaf atas review yang tidak beraturan ini. Menulisnya curi-curi waktu hehe. Thanks for coming.. 

Comments

  1. semoga istri sy mw d ajak nonton 😇

    ReplyDelete
  2. Aku belum nonton. Tapi masih belum bisa move on dari Abimana, apalagi pas adzan di Eiffel

    ReplyDelete
  3. Sabaaar... Nasib tinggal di daerah..

    ReplyDelete

Post a Comment