Milly & Mamet (2018) Ini Bukan Cinta & Rangga (Review)



Berawal dari dipertemukan kembali genk cinta dan Mamet dalam sebuah reuni, Milly yang sedang badmood oleh pacarnya terpesona oleh kepolosan dan kebaikan Mamet. Ketika sempat bingung karena ditinggal begitu saja oleh pacarnya karena harus balik duluan untuk urusan kantor, Mamet hadir sebagai kesatria dan menawarkan cokelat enak dan menawarkan untuk mengantar Milly pulang. Mamet berhasil dong ngajak Milly pulang bareng walau berujung nahas karena mobil bututnya tiba-tiba mogok di jalan. Mamet meminta maaf karena itu, penuh penyesalan, tapu di luar dugaan, Milly malah enjoy bisa berduaan dengan Mamet sambal nungguin montir datang bahkan ketika genk Cinta menawarkan diri untuk mengantar Milly, Milly malah memilih menunggu montir bersama Mamet. Dari sanalah cinta mereka tumbuh dan berjalan dengan mulus hingga akhirnya mereka menikah.

Kalau kalian pernah nonton AADC 2, kan ada tuh di adegan terakhir AADC 2 (2016), Rangga (Nicholas Saputra) dan Cinta (Dian Sastrowardoyo) terlihat memberikan selamat kepada Milly dan Mamet untuk kelahiran sang buah hati yang awalnya penonton kira adalah anaknya Rangga dan Cinta. Jadi kisah yang ingin diangkat dalam Film ini adalah tentang pahit manis keluarga muda Milly dan Mamet. Tentang sisi terdalam dari kedua karakter polos dari Milly dan Mamet.

Sejak bapaknya menderita diabetes, Mamet mulai menekuni dunia kuliner sehat dengan tujuan bisa membuat makanan enak tapi sehat untuk bapaknya. Mamet meski culun-culun gitu, dia punya hati yang tulus, punya misi dan kemauan yang kuat. Meski kadang tulalitnya sama kayak Milly Mamet dewasa adalah pria baik yang bertanggung jawab dan rela mengorbankan mimpinya untuk orang-orang tercinta. Sebelum mahir memasak, Mamet suka desain grafis dan harus ia tinggalkan demi mempelajari makanan sehat untuk sang bapak, setelah menikah dan jatuh cinta pada dunia kuliner sehat, Mamet kembali harsu berkorban meninggalkan dunia masak memasak untuk memimpin pabrik konvensi milik mertuanya alias bapaknya Milly (Roy Marten).

Milly sendiri meski masih tetap tulalit, ia tumbuh menjadi wanita dewasa yang saying keluarga dan patuh pada suami. Kariernya di bank ia tinggalkan untuk mengurus bayi lucunya Sakti. Kehidupan mereka terlihat baik-baik saja dan sempurna, Mamet berusaha menikmati profesinya meski tak sesuai passionnya.

Drama di mulai ketika Mamet tak menuruti perintah mertuanya tentang orderan kain. Mamet resign. Muncul Alexandra (Julie Estelle) teman  dari masa lalu mamet yang tiba-tiba datang membawa kembali mimpi mereka semasa kuliah. Milly yang mulai jenuh karena berkutat di rumah melulu. Drama yang dibalut komedi ini benar-benar entertaining. Penuh tawa dan juga makna.

Bukan Cuma Milly dan Mamet yang bisa mengocok perut karena tawa, kemunculan trio pegawai konveksi mertua Mamet juga tak kalah memgocok perut, ada Lela (Dinda Kanya Dewi), Somad (Bintang Emon) dan Iin (Aci Resti) menawarkan joke receh yang sukses membuat penonton terpingkal-pingkal. Buat saya ini adalah salah satu selling point utama dari Film Milly & Mamet. Saking recehnya, penonton tidak dituntut untuk berpikir keras untuk bisa mencerna adegan lucu yang tersaji. Ringan mengundang tawa tapi sungguh berat bisa mengakhiri tawa setelahnya.

Kejutan lainnya adalah Rika (Isyana Sarasvati) yang menjadi sekretaris James (Yoshi Sudarso) yang merupakan kekasih Alex skelaigus pemodal utama untuk mimpi Alex dan Mamet. Meski perannya sangat kecil dan singkat, Isyana Sarasvati benar-benar menarik perhatian dan mengundang gelak tawa. Aktingnya natural banget, saya sampai mikir ini kayaknya gak baca script deh tapi natural aja gitu. BIsa banget ternyata cewek secantik Isyana Sarasvati yang seorang penyanyi papan atas acting kocak dan bagus banget.

Jadi jelas, meskipun penuh kekocakan film ini dramanya juga bisa bikin mata sembab lho, siapin tissue kalau mau nonton karena selain drama yang bikin terharu humornya juga bikin ketawa sampai nangis. Ini membuktikan bahwa pemain-pemain film ini jelas brilliant semua. Bahkan pemain yang baru memulai debutnya seperti Isyana. Ernest berhasil membuat sebuah film keluarga yang segar, membuat kita berpikir “hmm.. gini ya, hmmm iya juga sih” lalu tertawa terbahak-bahak.

Film ini memberikan banyak pelajaran untuk kita yang sudah menikah maupun yang sedang merencanakan menikah. Lewat film ini kamu bisa kembali berpikir apa yang harus dipersiapankan apa yang harus dilakukan sebelum menikah dan setelah kamu menikah. Bukan hanya soal cinta tapi soal hidup bersama dan bekerjasama dengan pasangan dan keluarga pasangan hidup kita. Tentang tidak menjadi egois, tentang kerelaan menjalani hidup bersama dan tentang kuatnya feeling seorang istri pada keselamatan dan kebahagiaan suami. Jadi menurut saya, kisah cinta Milly dan Mamet ini meski penuh humor jauh lebih dewasa daripada kisah  Rangga dan Cinta yang penuh ratapan puisi-puisi romantis Rangga yang masih belum jelas akan berpijak dimana dan bagaimana. Milly dan Mamet sudah jelas, arah dan tujuannya. Membesarkan Sakti, menjaga keharmonisan hingga akhir waktu.

Peran-peran lain yang meski kecil tapi menarik perhatian adalah hadirnya Jojo (Eva Celia) yang berperan sebagai tetangga Milly, seorang wanita karier yang sering dibuat gelisah oleh pacarnya. Eva Celia memiliki kemampuan acting yang bagus dan natural sayangnya disini perannya terlalu kecil. Kemudian ada Mak Ijah (Melly Goeslow) Selebgram tukanhg makan yang kerjaannya mereview makanan-makanan enak. Gilak! liat the Melly makan beneran bikin ngiler. Perannya meski kecil tapi membawa tawa dan keharuan juga sih di ending dilm ini. Juga beberapa peran-peran kecil lainnya yang merupakan pelengkap penting film ini meski pemainnya saya tidak kenal hehehe.

Bagian yang saya tidak suka dari film ini adalah bagian scene nya Ernest sih. Saya pikir tidak perlu terlalu menunjukkan diri bahwa ia berasal dari etnis tertentu. Seperti ketika ia menyebut dirinya aku kan kong khu chu, terus Bahasa-bahasa china yang terkesan dipaksakan banget untuk ada dalam film ini. Terlihat sekali Ernest ingin diakui, tak perlulah menurutku karena memang sudah diakui kok. Toh karakter karakter yang lain kita gak tau dari etnis apa, agama apa, dsb. Hanya tokoh Ernest yang berusaha memperlihatkan identitasnya. Ya ini pendapat saya sih, jika kalian mikirnya lain ya itu juga terserah pendapat masing-masing.

Overall saya paling suka karya Ernest yang satu ini. Buat saya ini film komedi paling saya jagokan di tahun 2018 ini. Moment tayangnya juga tepat banget di musim liburan sekolah. Semoga bisa merajai box office Indonesia di tengah ramainya film-film horror saat ini.







Comments