Berawal dari dipertemukan kembali genk cinta dan Mamet dalam
sebuah reuni, Milly yang sedang badmood oleh pacarnya terpesona oleh kepolosan
dan kebaikan Mamet. Ketika sempat bingung karena ditinggal begitu saja oleh
pacarnya karena harus balik duluan untuk urusan kantor, Mamet hadir sebagai
kesatria dan menawarkan cokelat enak dan menawarkan untuk mengantar Milly
pulang. Mamet berhasil dong ngajak Milly pulang bareng walau berujung nahas
karena mobil bututnya tiba-tiba mogok di jalan. Mamet meminta maaf karena itu,
penuh penyesalan, tapu di luar dugaan, Milly malah enjoy bisa berduaan dengan
Mamet sambal nungguin montir datang bahkan ketika genk Cinta menawarkan diri
untuk mengantar Milly, Milly malah memilih menunggu montir bersama Mamet. Dari
sanalah cinta mereka tumbuh dan berjalan dengan mulus hingga akhirnya mereka
menikah.
Kalau kalian pernah nonton AADC 2, kan ada tuh di adegan
terakhir AADC 2 (2016), Rangga (Nicholas Saputra) dan Cinta (Dian
Sastrowardoyo) terlihat memberikan selamat kepada Milly dan Mamet untuk
kelahiran sang buah hati yang awalnya penonton kira adalah anaknya Rangga dan
Cinta. Jadi kisah yang ingin diangkat dalam Film ini adalah tentang pahit manis
keluarga muda Milly dan Mamet. Tentang sisi terdalam dari kedua karakter polos dari Milly dan Mamet.
Sejak bapaknya menderita diabetes, Mamet mulai menekuni
dunia kuliner sehat dengan tujuan bisa membuat makanan enak tapi sehat untuk
bapaknya. Mamet meski culun-culun gitu, dia punya hati yang tulus, punya misi
dan kemauan yang kuat. Meski kadang tulalitnya sama kayak Milly Mamet dewasa
adalah pria baik yang bertanggung jawab dan rela mengorbankan mimpinya untuk
orang-orang tercinta. Sebelum mahir memasak, Mamet suka desain grafis dan harus
ia tinggalkan demi mempelajari makanan sehat untuk sang bapak, setelah menikah
dan jatuh cinta pada dunia kuliner sehat, Mamet kembali harsu berkorban
meninggalkan dunia masak memasak untuk memimpin pabrik konvensi milik mertuanya
alias bapaknya Milly (Roy Marten).
Milly sendiri meski masih tetap tulalit, ia tumbuh menjadi
wanita dewasa yang saying keluarga dan patuh pada suami. Kariernya di bank ia
tinggalkan untuk mengurus bayi lucunya Sakti. Kehidupan mereka terlihat
baik-baik saja dan sempurna, Mamet berusaha menikmati profesinya meski tak
sesuai passionnya.
Drama di mulai ketika Mamet tak menuruti perintah mertuanya
tentang orderan kain. Mamet resign. Muncul Alexandra (Julie Estelle) teman dari masa lalu mamet yang tiba-tiba datang
membawa kembali mimpi mereka semasa kuliah. Milly yang mulai jenuh karena berkutat
di rumah melulu. Drama yang dibalut komedi ini benar-benar entertaining. Penuh
tawa dan juga makna.
Bukan Cuma Milly dan Mamet yang bisa mengocok perut karena
tawa, kemunculan trio pegawai konveksi mertua Mamet juga tak kalah memgocok
perut, ada Lela (Dinda Kanya Dewi), Somad (Bintang Emon) dan Iin (Aci Resti)
menawarkan joke receh yang sukses membuat penonton terpingkal-pingkal. Buat
saya ini adalah salah satu selling point utama dari Film Milly & Mamet. Saking
recehnya, penonton tidak dituntut untuk berpikir keras untuk bisa mencerna
adegan lucu yang tersaji. Ringan mengundang tawa tapi sungguh berat bisa
mengakhiri tawa setelahnya.
Kejutan lainnya adalah Rika (Isyana Sarasvati) yang menjadi
sekretaris James (Yoshi Sudarso) yang merupakan kekasih Alex skelaigus pemodal
utama untuk mimpi Alex dan Mamet. Meski perannya sangat kecil dan singkat, Isyana
Sarasvati benar-benar menarik perhatian dan mengundang gelak tawa. Aktingnya
natural banget, saya sampai mikir ini kayaknya gak baca script deh tapi natural
aja gitu. BIsa banget ternyata cewek secantik Isyana Sarasvati yang seorang
penyanyi papan atas acting kocak dan bagus banget.
Jadi jelas, meskipun penuh kekocakan film ini dramanya juga
bisa bikin mata sembab lho, siapin tissue kalau mau nonton karena selain drama
yang bikin terharu humornya juga bikin ketawa sampai nangis. Ini membuktikan
bahwa pemain-pemain film ini jelas brilliant semua. Bahkan pemain yang baru
memulai debutnya seperti Isyana. Ernest berhasil membuat sebuah film keluarga
yang segar, membuat kita berpikir “hmm.. gini ya, hmmm iya juga sih” lalu tertawa
terbahak-bahak.
Film ini memberikan banyak pelajaran untuk kita yang sudah
menikah maupun yang sedang merencanakan menikah. Lewat film ini kamu bisa
kembali berpikir apa yang harus dipersiapankan apa yang harus dilakukan sebelum
menikah dan setelah kamu menikah. Bukan hanya soal cinta tapi soal hidup
bersama dan bekerjasama dengan pasangan dan keluarga pasangan hidup kita. Tentang
tidak menjadi egois, tentang kerelaan menjalani hidup bersama dan tentang
kuatnya feeling seorang istri pada keselamatan dan kebahagiaan suami. Jadi
menurut saya, kisah cinta Milly dan Mamet ini meski penuh humor jauh lebih
dewasa daripada kisah Rangga dan Cinta
yang penuh ratapan puisi-puisi romantis Rangga yang masih belum jelas akan
berpijak dimana dan bagaimana. Milly dan Mamet sudah jelas, arah dan tujuannya.
Membesarkan Sakti, menjaga keharmonisan hingga akhir waktu.
Peran-peran lain yang meski kecil tapi menarik perhatian
adalah hadirnya Jojo (Eva Celia) yang berperan sebagai tetangga Milly, seorang
wanita karier yang sering dibuat gelisah oleh pacarnya. Eva Celia memiliki
kemampuan acting yang bagus dan natural sayangnya disini perannya terlalu
kecil. Kemudian ada Mak Ijah (Melly Goeslow) Selebgram tukanhg makan yang
kerjaannya mereview makanan-makanan enak. Gilak! liat the Melly makan beneran
bikin ngiler. Perannya meski kecil tapi membawa tawa dan keharuan juga sih di
ending dilm ini. Juga beberapa peran-peran kecil lainnya yang merupakan
pelengkap penting film ini meski pemainnya saya tidak kenal hehehe.
Bagian yang saya tidak suka dari film ini adalah bagian
scene nya Ernest sih. Saya pikir tidak perlu terlalu menunjukkan diri bahwa ia
berasal dari etnis tertentu. Seperti ketika ia menyebut dirinya aku kan kong
khu chu, terus Bahasa-bahasa china yang terkesan dipaksakan banget untuk ada
dalam film ini. Terlihat sekali Ernest ingin diakui, tak perlulah menurutku
karena memang sudah diakui kok. Toh karakter karakter yang lain kita gak tau
dari etnis apa, agama apa, dsb. Hanya tokoh Ernest yang berusaha memperlihatkan
identitasnya. Ya ini pendapat saya sih, jika kalian mikirnya lain ya itu juga
terserah pendapat masing-masing.
Overall saya paling suka karya Ernest yang satu ini. Buat
saya ini film komedi paling saya jagokan di tahun 2018 ini. Moment tayangnya
juga tepat banget di musim liburan sekolah. Semoga bisa merajai box office
Indonesia di tengah ramainya film-film horror saat ini.
Comments
Post a Comment