Perempuan Tanah Jahanam (2019), Bukan Film Horror Generik


Sinopsis : 
Sebuah desa terpencil di dalam hutan tak lagi memiliki seorang anak kecilpun sejak 25 tahun yang lalu, karena setiap bayi yang lahir harus dibunuh karena mereka semua lahir tanpa kulit. 25 tahun warga desa mencari orang yang bisa mengakhiri kutukan itu.

Dua orang sahabat, Maya (Tara Basro) & Dini (Marissa) bekerja sebagai penjaga loket tol. Malam itu adalah malam terakhir mereka bekerja karena Maya sering didatangi seorang lelaki yang terus menatap nya, dan pada malam itu lelaki itu ingin membunuhnya. Beruntung ada polisi yang langsung menembak mati lelaki itu. Sejak itu mereka banting setir berjualan pakaian dipasar.

Susahnya hidup membuat Mayan dan Dini mulai mencari akal, termasuk mencari tahu keluarga Maya siapa dan dimana, berharap mereka bisa menjadi solusi masalah pelik keuangan mereka. Mereka mendatangi sebuah desa terpencil berbekal sepotong tulisan dibelakang foto kecil Maya. 

***

Ini adalah film kedelapan Joko Anwar dan hanya A Copy on My Mind yang saya tidak tonton sampai selesai karena ada gangguan saat itu. Seperti biasa film-film Joko Anwar tak jauh - jauh pemain nya dari Ario Bayu dan Tara Basro tapi di film ini Joko Anwar berhasil membuat seorang Christin Hakim mau bermain di film horror dan film Perempuan Tanah Jahanam ini adalah film Horror pertama ibu Christin  Hakim. Mengetahui ini saya makin yakin bahwa film ini pasti bagus, juga semakin tidak sabar untuk menonton. Saya pun membawa ekspektasi yang tinggi ke depan layar film ini

Abis Jemur apa, Bu Misni?
Hal yang paling saya kagum dari setiap film Joko Anwar adalah ceritanya yang kuat. Bukan cerita yang dirangkai semalam. Apalagi Naskah Film PTH ini sudah digarap sejak 10 tahun lalu. Cerita yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari di kampung-kampung. Joko Anwar memang jago membangun suasana kampung kecil terisolir yang sudah lama mencekam karena kutukan. Terasa sekali suasananya dalam setiap scene. Gak perlu ribet musik seram atau adegan jumpscare untuk membangun suasana horror. Apalagi adegan-adegan babak kedua dimana emosi penonton mulai dibuat naik dengan fakta-fakta dan pencerahaan yang muncul benar-benar bikin saya bergumam "Gilaaak!" 

Akting-akting pemainnya tak perlu diragukan lagi. Sehinga adegan-adegan yang muncul selalu punya makna dan membawa pesan tersendiri.  Asmara Abigail tampil mencuri perhatian sejak awal. Doi benar-benar natural memainkan peran sebagai Ratih perempuan desa yang tengah hamil besar. Kerennya pemain-pemain pendukung film ini seperti dukun beranak, warga yang menyekap Dini, dan beberaoa cast adalah warga sekitar lokasi syuting. Akting mereka hebat-hebat! 

Latar yang pas, pemain papan atas, cerita yang kuat adalah formula khas setiap film Joko Anwar. Hanya saja ada hal yang terasa kurang pas malah muncul dari Ario Bayu yang berperan sebagai Pak Saptadi sang kepala desa sekaligus dalang terkenal tetapi malah bahasa jawa nya yang paling kurang natural. Masih lebih jawa bahasa cast yang lain-lainnya daripada sang Dalang ini sendiri. Lagi pula Ario Bayu terlalu clean untuk menjadi seorang dalang dari desa terpelosok.

Udah Siap?
Kemudian di film ini ada adegan-adegan sadis dan darah seperti bayi lahir tanpa kulit, ketika adegan gorok-gorok leher, adegab shock ketika ibu Misni (Christin Hakim) menjempur sesuatu di halaman belakang rumahnya dan adegan berdarah-darah lainnya yang mungkin akan sangat menganggu teman-teman yang phobia darah. Jadi ingat jangan ajak anak-anak nonton film ini.

Lalu kenapa judulnya harus banget Perempuan Tanah Jahanam? Karea Apa yang terjadi dua puluh lima tahun lamanya itu adalah akibat dari sejarah hidup dari seorang perempuan. Siapakah dia? Cari tau sendiri ya di bioskop kesayangan kalian, masih tayang kok!

Untuk film ini saya kasi nilai 85%

Yakin udah siap nonton?

Natural banget emang, Tara!

Adegan biasa yang sesungguhnya bikin shock

Comments

Post a Comment