Toxic Masculinity!

"Pada akhirnya saya merasa harus berdamai dengan masa kecil saya. Berusaha menolak apa yang terjadi hanya akan membuat seperti ada yang mengganjal terus menerus sepanjang usia." 

Setiap menyampul buku-buku seperti ini, saya selalu terkenang masa kecil saya yang seharusnya sepenuhnya indah.

Menyampul buku adalah kegiatan yang paling saya sukai apalagi buku baru, aromanya khas dan membentuk memori yang akan selalu muncul setiap saya mencium aroma itu, kapan dan dimana pun. Menyampul buku mungkin buat orang-orang terutama mereka yang ada di masa kecil saya adalah kegiatan yang aneh, bahkan diam-di-rumah-terus pun dianggap aneh dan gak umum. Apalagi gak bisa main bola? (Wait, Bukan gak bisa sih, tepatnya gak suka terjun ke lapangan untuk bermain). Gak hobilah gitu. Udah deh bakal jadi bulan-bulanan mereka yang menganggap diri mereka "laki banget" hanya karena bisa main bola doang. Sebaliknya yang ga bisa atau gak mau akan disebut perempuan, banci, cemen, culun, lemah dsb.
Dan sedini itu saya sudah mengalami toxic masculinity yang sialnya mengendap di alam bawah sadar saya menjadi trauma, menjadi luka batin yang bisa kembali kapan saja terutama kerap kali saya rasakan muncul di usia 30 tahun ke atas.

Faktanya adalah trauma masa kecil atau luka batin yang terjadi pada masa kecil justru semakin menguat dan mencuat ketika manusia mulai masuk usia krisis (25-30 tahun) hingga 30 tahun ke atas.


Dosa banget gak kalian tuh yang meluai batin orang lain?!
Dan untuk itu kami yang mengalaminya harus fight lagi, berjuang lagi untuk berdamai dengan diri. Sekuat tenaga! Mereka yang membully apa kabar? Mereka pasti sudah melupakan bullyan nya bahkan beberapa menit setelah dia mengeluarkan bullyannya. What the f*ck!
Saya belum pernah marah atau protes secara terang - terangan tentang ini (gak tau kemana juga protesnya) dan itu menjadi beban berat yang harus saya pikul selama ini. That's why tiba-tiba saya harus mengeluarkan uneg - uneg ini sekarang. Saya benci sekali mengingat mereka. Saya benci sekali karena saya merasa diri saya salah saat itu padahal yang benar adalah saya berada di lingkungan masa kecil yang tidak tepat. Beruntung di lingkungan keluargaku semua aman.
Sekolah, lapangan, tempat bermain, tempat umum adalah neraka ketika mereka mulai memperhatikan saya, mulai membully saya yang tidak memliki hobi seperti mereka. Bangsat!
WTF!
Tapi lega!
Menulis ini adalah sebagai bentuk release dan healing jika bisa. Mengakui ini bukan hal memalukan tetapi sebuah cara menyembuhkan diri dari luka masa lalu yang seharusnya tak perlu ada.

Karena itu tak bosan-bosan saya ingatkan, seperti apapun baiknya orang tua kita menjaga kita di rumah, belum tentu anak-anak akan aman di sekolah, tempat les, atau tempat bermain. Karena itu bekali mereka bagaimana menghadapi si bully. Ajarin bela diri bila perlu. Ajarin bagaimana memberikan bogem mentah ke muka si bully!
Karena saya tidak belajar untuk itu dulu maka saya jadi korban and see sejauh ini perjalanan hidup saya, selalu saja masih ada yang yang mengganggu saya dari masa lalu karena itu ada di alam bawah sadar saya. Membuang nya tidak segampang kamu bilang "Ya udah lupain aja"

Comments

Post a Comment