Suatu hari ketika hari pertama saya memakai seragam putih biru Sekolah Menengah Pertama, kepala sekolah kami menyampaikan sebuah kalimat yang menjadi pembuka kegiatan Masa Orientasi Siswa baru pada saat itu, beliau berkata :
"Hari ini saya dan guru-guru ini belum mengenal kalian. Hanya ada dua cara saya dan guru-guru ini mengenal kalian dengan sangat baik yakni menjadi hebat dan juara atau menjadi sebaliknya. Saya harap kalian semua memilih cara yang pertama bukan sebaliknya. Karena semua punya konsekuensi"
Kalimat itu terus terngiang di hari-hari saya berikutnya di sekolah, bahkan sampai hari ini.
Sepanjang hidup saya, saya sudah melihat bagaimana orang-orang menjadi terkena karena banyak hal. Hal-hal baik dan hal-hal buruk. Apalagi di era sekarang yang informasinya datang bertubi-tubi. Orang demi orang dengan kasus demi kasus, prestasi demi prestasi bermunculan di timeline sosial media dan menjadikan mereka dikenal dan terkenal. Sunggu semakin mudah menjadi terkenal saat ini, namun semakin mudah orang terkenal semakin gampang pula seseorang terlupakan akibat kemunculan orang-orang terkenal berikutnya. Artinya, semakin mudah terkenal, semakin mudah dilupakan maka semakin tinggi standar terkenal itu agar terus terkenang lebih lama, lebih lama.
Baru-baru ini, saya mengenal Perempuan bernama Nur Rahmi Yanti yang akrab saya panggil Mbak Yanti, seorang perempuan muda asal Ampenan yang memiliki senyum ramah nan bersahabat, senyum sukses menjadi pemanis pada wajahnya yang tegas. Mbak Yanti saya kenal karena ternyata produknya lah yang saya cari selama ini; Sorgum!
Sorgum adalah tanaman serealia yang katanya berasal dari Afrika namun sudah ada di Indonesia sejak nenek moyang bangsa ini masih hidup dan menjadikan Sorgum sebagai makanan pokok mereka. Bukan Padi bukan pula jagung. Sorgum masih sekelas dengan tanaman jagung, bentuk pohonnya pun mirip jagung hanya saja ia tidak memili buah bertongkol speerti jagung, Sorgum berbuah di puncak tanamannya, buahnya berbentuk bulat kecil-kecil seperti anggur namun berukuran 5 kali lebih kecil dari anggur dan bertekstur bulat serta keras. Buahnya inilah yang diolah oleh orang-orang dahulu sebagai makanan pokok sebelum nasi ada atau sebagai pengganti nasi ketika Indonesia dikuasi penjajah dan sulit mendapatkan beras. Dalam bahasa Sasak Lombok Sorgum disebut Buleleng, mirip nama daerah di pulau Bali, dalam bahasa Sumbawa disebut Tebu Leleng. Kalau dalam bahasa kalian apa, teman-teman?
Kini, Sorgum kembali menjadi perhatian karena menjadi sumber makanan sehat di tengah maraknya makanan-makakan yang bukannya menyehatkan malah membuat kesehatan terganggu. Nasi yang tinggi kandungan gula, terigu yang mengandung gluten, gula pasir yang sudah diolah sedemikian rupa hingga tak ramah lagi bagi kesehatan dan cemilan-cemilan yang menawarkan rasa dan warna menarik namun tak baik bagi kesehatan. Di tangan mbak Yanti Sorgum menjadi pengganti itu semua.
Setelah mengenal beliau lewat perantara internet, saya bertekad untuk datang menemuinya, ingin mendengar kisahnya dan tentu saja sekaligus untuk membeli produk Sorgumnya yang merupakan jawaban dari kegelisahan saya yang selama ini tidak lagi mengkonsumi makanan mengandung Gluten, Susu Sapi dan Gula Pasir. Keesokan harinya seteah membuat janji, saya pun bertandang ke gallery produknya yang dibranding dengan nama Yant Sorghum.
Awal Mula Mengenal Sorgum
Kami bertemu di toko mbak Yanti yang tertata rapi dan saya meminta izin untuk mengabadikan obrolan kami dengan kamera dan mikripon yang saya siapkan. Mbak Yanti tidak keberatan dan kamipun memulai orbrolan kami dengan serunya.
Mbak Yanti mengenal Sorgum ketika ia mengikuti lomba wirasusaha, beliau melihat buah Sorgum di display pada sebuah meja yang memantik rasa penasarannya kemudian menanyakannya pada sallah seorang yang ada disitu. Kemudian dijelaskan lah sorgum ini apa dan bagaimana yang pada akhirnya di even berikutnya demi agar tampil beda dan anti mainstream juga dengan niat mengenalkan bahan baku sehat untuk kue-kue dan brownies Mbak Yantipuun memakai Sorgum. Dari sanalah ia mulai berkutat dengan Sorgum yang awalnya hanya untuk dipakai sendiri sebagai bahan kue kemudian nasib baik membawa nya bertemu Astra yang menantangnya untuk memproduksi Sorgum dan olahannya dalam jumlah banyak bahkan ia ditawari untuk membina sepuluh desa. Namun saat itu Mbak Yanti memulai dengan dua desa. Tak mudah, karena pastinya akan banyak tantangan dan kendala bahkan ketika Mbak Yanti merasa sudah menyiapkan segala sesuatunya. Nyatanya ada hal penting yang lupa ia atur dan siapkan; tentang bagaimana proses masuk pada sebuah masyarakat baru tempat dimana ia akan bekerjasama. Tentang langkah-langkah di luar proses mengolah Sorgum itu sendiri sangat penting untuk disiapkan. Dibutuhkan kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi yang baik agar niat baik tersampaikan dan diterima dengan baik.
Menjadi Penerima CRS PT. Astra Internasional, Tbk
Mbak yanti dan Produk Sorgumnya/foto: Lombok Post |
Berkat bantuan dana juga pelatihan yang terus-terus menerus dari Astra Mbak Yanti kian melebarkan sayapnya. Selain terus mengembangkan dan meningkatkan omzet mbak Yanti pun aktif berbagi ilmu di banyak kegiatan peatihan wirasuaha juga berbagi pengalaman dan ilmu di media-media, salah satunya media yang saya miliki : Imajie TV
Up and Down Usaha Sorgum Yant Sorghum
Karena sebuah proses yang tak ia pikirkan sebelumnya mbak Yanti menghadapi masalah yang cukup pelik ketika mulai merintis pengembangan dan pengolahan Sorgum. Ketika dirasa ilmu, pengalaman dan dana untuk mengembangkan Sorgum di suatu desa sudah sangat siap mbak Yanti lupa akan satu hal yang penting. Kemampuan persuasi dna komunikasi dengan warga setempat terutama yang menjadi center dari sebuah daerah. Karena kekurangan itu Mbak Yanti menghadapi penolakan yang menyebkan dirinya berada di titik nadir usahanya. Ketika semua sudah disiapkan, tingga berproses saja ia justru harus mengemas semuanya dan pindah ke lokasi yanh baru. Pun ketika hasil produksi sudah lancar dan berjalan baik, pandemi covid 19 tiba-tiba saja menghantam seluruh tatanan kehidupan pada medio 2020. Banyak akses keluar masuk daerah ditutup. Akibatnya penjualan menurun, sementara produksi sudah dilakukan besar-besaran. Tidak mungkin ia akan menyimpan hasil olahan Sorgum yang merupakan makanan itu dalam waktu yang tidak diketahui sampai kapan. Bersama timnya mbak Yanti bahu membahu mengatasi masalah ini dengan berbagai macam usaha dari menawarkan door to door hingga terus berpromosi dengan trik trik yang sebelumnya tak direncanakan. Namun ha-hal tersebut, masalah-masalah tersebutlah yang membuatnya kuat dan terus ada sampai hari ini. Ia telah melewati ujian usahanya dengan baik dan saat ini sebuah toko yang merupakan dua blok ruko menjadi gallery produknya. Sebuah tempat yang sangat bagus untuk memasarkan produk dari Yant Sorghum karena berada di areal pertokoan kota tua Ampenan yang selalu ramai.
Sorgum Sumber makanan Sehat di Masa Depan
Hal yang membuat saya sangat senang dan exited untuk segera bertemu dan ngobrol plus membeli produk Sorgum dari Yant Sorgum adalah selama ini saya mencari-cari apa sih pengganti terigu dan gula pasir tetapi tetap enak dan harga terjangkau? Karena sejak tahun 2020 Akhir saya terkena autoimun yang menyebabkan saya harus menghindari makanan-makanan yang menganduk Gluten, Gula dan Susu Sapi. Wah saya benar-benar sedih dan hampir depresi karena saya ini doyan makan banget. Setahun saya bisa menahan diri untuk tidak mengkonsumsi makanan - makanan yang dilarang sambill mencari substitusinya. Ketemu namun harganya mahal dan tidak banyak di pasaran apalagi di sekitar kota Mataram. Tahun-tahun selanjutnya saya menyerah. Saya kembali makan nasi putih, guten meski sesekali dan gula meski hanya sesekali. Sembari terus mencari-cari. Hingga tahun 2023 pertengahan ini saya mengenal mbak Yanti dengan Produk Sorgumnya. Kerennya lagi Sorgum ini banyak tersedia di Lombok, dengan demikian harganya menjadi lebih terjangkau karena bahan baku nya tidak perlu didatangkan dari luar daerah. Sebaliknya Produk Sorgum mbak Yanti sudah melangang buana ke beberapa negara di Asia dan Eropa.
Akhirnya saya bisa menikmati nasi tanpa kandungan gula tinggi, cookies yang enak tapi tanpa gluten, ngeteh atau ngopi dengan gula yang aman karena glikemiknya rendah. Bahkan Liquid Sugar dari Sorgum ini sangat aman bagi penderita diabetes. Anak-anak dengan autisme pun berbondong-bondong memborong beras sorgum dan lainnya di toko Yant Sorgum di Jalan Saleh Sungkar, Dayen Peken Ampenan Kota Mataram. Kalau buat yang sakit saja Sorgum begitu baik dan sehatnya tentu saja buat yang sehat akan sangat membantu untuk terus menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh kelebihan gula atau gluten. Luar biasa, kan?!
Sekarang bisa ngemil sehat sambi nge-blog |
Begitulah, pada akhirnya kita akan terkenal dan dikenal dengan apa yang menonjol pada diri kita. Apakah itu prestasi atau sebaliknya. Apakah itu memberi manfaat atau sebaliknya. Hidup itu takdir dan menjadi orang yang terkenal atau tidak itu pilihan yang bisa kita usahakan. Maka lewat tulisan ini saya ingin berpesan bahwa memulai usaha itu harus disegerakan, kemudian terus belajar dan jangan gampang menyerah lalu konsisten lah meski jalannya tak mudah karena sesungguhnya kesulitan-kesulitan yang kita hadapi saat ini adalah demi kemudahan-kemudahan dan kesuksesan yang akan kita dapatkan di masa depan.
Terimakasi sudah sudah membaca, teman-teman. Jika ingin menyimak obrolan saya dengan mbak Yanti dari Yant Sorgum, videonya saya sertakan di bawah ini :
Mantab Bang... Penasaran, nih
ReplyDeletesalah satu tokoh muda andalan NTB, termasuk side bang
ReplyDeleteTerima kasih infonya, jadi tau lebih banyak. otw maen ke youtube juga ha
ReplyDelete