Abis Nonton : The Architecture Of Love (TAOL Movie)


Alhamdulillah kemarin dapat kesempatan nonton The Architecture of Lover berdua bersama istri. Sejak baca novelnya saya sudah menunggu-nunggu banget siapa saja yg akan memerankan River, Raia, Aga Erin dll. Penasaran juga seperti apa nanti filmnya jadi saya follow terus kabar dari IG penulis nya mbak Ika Natasa dan Sutradaranya Teddy Soeriaatmadja (@teddysoe). Lalu Ketika cast nya diumumin istri saya yang excited karena dia penggemar Putri Marino dan Nicholas Saputra ditambah lagi banyak emak-emak bahas film ini katanya hahaha fomo juga dia. Akhirnya kamipun berkesempatan nonton.

Jadi film ini intinya adalah tentang trauma masa lalu, mental issue, patah hati, healing dan cinta pastinya. Kerennya issue-issue di atas di kemas dengan manis lewat kisah pertemuan River yang diperankan dengan baik oleh Nicholas Saputra dan Raia yang diperankan dengan sangat keren oleh Putri Marino di New York. Raia seorang penulis yang “melarikan diri” ke New York setelah mengetahui bahwa suaminya yang “sempurna” itu ternyata selingkuh dan kejadian itu membuatnya kesulitan untuk menulis lagi. Writer’s Block kalua Bahasa penulis. Setahun ia tidak bisa menulis apapun sementara tuntutan editor dan penerbit terus memburunya, ia bertemu River secara tak sengaja disebuah pesta kecil teman-teman Indonesianya di New York. River sendiri seorang pria dengan rahasianya yang membingungkan. River dan Raia dua insan yang berusaha slaing terhubung namun masih dikalanhg kabutkan dengan luka batin masing-masing.

Ceritanya bergulir manis. Cast lain seperti Erin yang diperankan Jihane Almira, Aga yang diperankan Jerome Kurnia, Diaz yang diperankan Omar Daniel, Ibunya River yang diperankan Lidya Kandau turut mendukung dengan sangat apik. Peran-peran mereka meski pendukung sangat memukau. Terutama Erin yang dibeberapa scene memberikan performa akting yang luar biasa. Pun Lidya Kandau yang walau tidak banyak screen time ia menjadi salah satu pemantik penting cerita ini menuju klimaks. 

Film ini sekurang-kurangnya 80% mengambil tempat di New York dengan kemegahan dan keunikan arsitekturnya. Peran Nicholas Sebagai River sang Arsitek sangat sangat meyakinkan dengan pengetahuan-pengetahuannya tentang seluk beluk Gedung di new York dan sketsa sketsa Gedung yang ia buat. Sinematografi nya turut memberikan andil yang besar pada cerita ini, cara pengambilan gambar Gedung-gedung di New York dan Jakarta cukup memukau.


Kurangnya adalah film ini mungkin bermaksud menyingkar durasi dengan menghadirkan kebetulan-kebetulan yang secara akal sehat itu sulit terjadi di dunia  nyata missal tiba-tiba River ada di acara kawinan sepupu Raia, River tiba-tiba muncul di acar buku dan beberapa kebetulan lainnya yang lumayan mengganggu. Kalau satu atau dua saja okelah.

Isu Utama Film Ini adalah...

Saya tertarik sekali dengan isu utama dari film ini yakni mental issue yang diceritakan dengan kisah cinta yang pada akhirnya menjadi obat bagi dua insan yang Tengah “melarikan diri” dari rasa bersalah dan rasa sedih masing-masing. Film ini secara tersirat ingin menyampaikan bahwa apapun hal buruk yang terjadi di masa lalu itu adalah untuk diterima di akui dan diikhlaskan. Ia (trauma) tidak bisa selamanya dipelihara karena akan berdampak pada hubungan antar manusia yang tidak sehat pada perjalanannya. Mental Issue yang tidak “di-healing” akan membuat penyintasnya menjadi tidak terkendali dan yang akan menjadi korban adalah orang-orang terdekatnya dan orang-orang yang sebenarnya ia cintai. Jika memiliki luka batin yang harus dilakukan adalah berceritalah pada orang yang tepat dan mengerti, terima bahwa semua itu sudah terjadi dan ia sudah lewat. Kita perlu melanjutkan hidup dengan meletakkan luka batin di belakang dan tinggalkan ia disana menjadi masa lalu. Dengan demikian barulah akan ringan Langkah kaki menuju masa depan. Tak ada beban lagi yang akan membuat perjalanan terasa berat, sulit dan memantik konflik yang sebetulnya tak perlu ada dengan orang yang ada saat ini dengan kita.  BIarkan masa lalu itu tenang di tempat seharusnya ia berada, kita kembalilah untuk berjalan melanjutkan hidup.

Berapa persenkah saya merekomendasikan film ini untuk di tonton?

85%

Boleh Setuju Boleh nggak!


Comments