Mereka yang Terpuruk Butuh Dipeluk, Bukan Dinilai


Ada kalanya dalam hidup, seseorang merasa seperti tenggelam. Bukan dalam arti harfiah, tapi tenggelam dalam rasa sedih, stres, kecewa, kehilangan arah, atau bahkan depresi. Dalam kondisi seperti ini, dunia bisa terasa asing dan sunyi. Bahkan suara orang-orang di sekitar pun terdengar samar, seolah tak menjangkau. Nafas berat, dada sesak, dan hidup terasa menenggelamkan perlahan.

Sayangnya, sering kali respons dari orang sekitar justru seperti memberi "kursus berenang" pada orang yang sedang tenggelam. Alih-alih menyelamatkan, kita memberi nasihat yang terdengar masuk akal—tapi tidak sampai pada rasa.

"Harusnya kamu bersyukur..."
"Coba deh lebih dekat sama Tuhan..."
"Kamu kurang olahraga, makanya stres..."
"Positive thinking aja, jangan dipikirin terus..."

Semua niatnya baik. Tapi dalam kondisi "tenggelam", otak tak mampu memproses logika panjang. Yang dibutuhkan bukan solusi langsung, tapi kehadiran. Bukan tutorial berenang, tapi tangan yang menarik ke tepian.

Ketika seseorang sedang dalam titik nadir, mereka butuh rasa aman, bukan penilaian. Mereka butuh pelukan, bukan paksaan untuk kuat. Mereka butuh tahu bahwa mereka tak sendirian, bahwa ada satu orang saja yang benar-benar hadir untuk mendengarkan tanpa menghakimi.

Sama seperti orang tenggelam, kita tak bisa mengajari teknik mengapung sebelum menyelamatkan nyawanya. Kita harus hadir, menyelamatkan dulu. Menepi bersama. Lalu nanti, saat napas sudah kembali, tenaga sudah pulih, barulah kita bisa bicara tentang cara berenang, tentang hidup, tentang harapan.

Jangan buru-buru ingin memperbaiki mereka. Kadang, yang paling mereka butuhkan hanya satu: ditemani.

Jadi, jika hari ini kamu mengenal seseorang yang sedang dalam kesulitan, ingatlah:
Jadilah tepi yang aman, bukan pelatih yang terburu-buru.
Tarik dia pelan-pelan. Bantu dia merasa cukup. Bantu dia merasa layak dicintai, meski sedang berantakan.

Dan kalau kamu sendiri yang sedang merasa tenggelam, ketahuilah ini:
Tidak apa-apa tidak bisa berenang sekarang. Tidak apa-apa merasa lelah. Kamu tidak gagal hanya karena kamu butuh diselamatkan.

Hidup adalah proses. Dan setiap orang punya waktunya sendiri untuk belajar mengapung lagi.

Mataram, 1 Juni 2025

Comments