Bagian 5 — TEBING PENGORBANAN Fajar merangkak pelan di atas Sekar Kuning, seperti seseorang yang ragu-ragu membuka tirai setelah malam yang terlalu panjang. Angin dari laut membawa dingin yang tidak biasa—dingin yang menembus tulang, dingin yang seperti menyimpan suara. Orang-orang menyebutnya: pagi yang menahan napas. Di tepi timur, jalan menuju tebing Mandalika sudah dipenuhi manusia. Para ibu menggendong anak, para lelaki membawa obor yang belum padam sempurna, para tetua berjalan tertatih sambil merapal doa-doa yang lupa ujungnya. Mereka semua berkumpul karena kabar yang beredar seperti air: Putri Mandalika akan mengumumkan pilihannya. Tujuh pangeran telah datang. Tujuh bendera berkibar menentang angin, menyalakan kembali bayangan perang yang tak diinginkan siapa pun. Namun Mandalika tahu: ini bukan tentang memilih suami. Ini tentang menutup pintu yang dibuka ayahnya bertahun-tahun lalu. Mandalika berjalan dari istana menuju tebing, ditemani beberapa pelayan yang tak bera...
- Get link
- X
- Other Apps