Ketika niat kita lurus, segalanya jadi lebih sederhana. Bekerja bukan hanya soal gaji, tapi ladang amal. Mengasuh anak bukan sekadar kewajiban, tapi jalan menuju surga. Menahan marah bukan lagi soal gengsi, tapi latihan jiwa untuk mendapatkan ridho-Nya.
Hati menjadi tenang karena kita tahu, setiap kebaikan sekecil apa pun pasti Allah lihat. Lapang, karena kita tak menggantungkan harapan pada dunia yang fana. Dan bebas dari kebencian, karena kita tahu bahwa hidup terlalu singkat untuk diisi dengan amarah.
Sering kali kita lelah bukan karena pekerjaan, tapi karena niat yang salah. Kita merasa hidup ini berat karena terlalu banyak berharap pada manusia dan dunia yang tak menentu. Tapi saat kita alihkan harapan itu kepada Allah, ada ketenangan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Doa-doa kita bukan lagi sekadar permintaan, tapi bentuk tunduk dan yakin bahwa Allah tahu yang terbaik.
Dengan mindset mencari ridho Allah, bahkan kegagalan pun tak lagi menyakitkan. Kita tahu, bisa jadi Allah sedang menjaga kita dari sesuatu yang buruk. Kebaikan yang tidak terlihat oleh mata manusia, tetap tercatat di sisi-Nya. Dan itulah yang sebenarnya paling kita butuhkan: diterima oleh-Nya, bukan dipuji oleh dunia.
Mari bersama-sama memulai dari yang kecil—tersenyum kepada orang lain, menahan lidah dari ghibah, membantu tanpa pamrih, memaafkan meski sakit, dan bersyukur meski sedikit. Tidak perlu menunggu sempurna untuk mulai berjalan di jalan kebaikan. Karena Allah tidak menilai hasil, tapi usaha dan niat.
Dan pada akhirnya, ketenangan hati itu bukan karena semuanya berjalan sesuai harapan kita. Tapi karena kita yakin, semua yang terjadi adalah bagian dari rencana-Nya yang lebih baik. Itulah buah dari hidup yang dijalani dengan tujuan meraih pahala dan ridho Allah—jiwa menjadi damai, walau dunia sedang tidak baik-baik saja.
Mantap
ReplyDelete