Apa Kabar, Hidup?


Halo, apa kabar? Lama banget gak nyapa. Maaf banget jarang nulis disini karena untuk nulis disini tak semudah nulis status di pesbuk atau WhatsApp Status. Karena fase hidup saat ini ternyata hectic juga. Gak semudah dan sesantuy dulu. Walaupun saya tetap berusaha santai dan menjalani dengan mengikuti ritme nya saja. Gak banyak melawan, gak banyak protes dan ngotot seperti itu. Pokoknya yang penting tenang dan damai segala lini. it's enough. 

Di usia 36 menuju 37 ini saya semakin menyadari hidup ternyata sesingkat itu. Kenyataan-kenyataan tentang ditinggal dan meninggalkan itu terus berlangsung dan itu menyedihkan tetapi itulah fitrahnya kehidupan. Dunia terus berputar, manusia lahir dan meninggal. Kita yang ada saat ini adalah yang sedang diberi peran masing-masing di atas dunia ini, menjalani takdir dan yaa kita semua menuju titik yang sama; kematian. Dulu bahas kematian itu lumayan ngeri dan bikin stress, sekarang seiring waktu saya belajar berdamai, belajar untuk menerima bahwa semua itu memang harus terjadi, semua itu memang sudah fitrahnya hidup. Kita lahir lalu masing-masing mencari makna dan arti hidup untuk kemudian kita menyadari bahwa lahirnya kita adalah untuk menuju titik  berpulang, bahwa lahir dan hidup di dunia ini bukan untuk tinggal melainkan hanya sekedar lewat. Numpang lewat. Perkara kita dapat peran apa dalam hidup itulah amanah yang harus kita jalani sebaik-baiknya. Walaupun sebagai manusia biasa dinamika kehidupan selalu menghadirkan dua pilihan yang akan selalu hadir untuk menguji kematangan kita dalam memaknai hidup. Memilih menjadi apa, memilih jalan yang mana akan memberikan pengaruh besar pada hidup dan akhir hidup kita. Saya percaya sekali itu, karena itu sebisa mungkin saya menjaga diri dari melakukan kesalahan-kesalahan fatal. Meski tetap saja kita terjatuh dan tertatih untuk bangkit paling tidak kita selalu ingat kemana kita kembali, kepada siapa kita menuju karena kita manusia yang lahir dengan dua potensi yang sama besar; potensi menjadi baik dan potensi menjadi buruk. Itu kenyataannya. Maka setiap hari manusia adalah battle dengan dirinya sendiri. Potensi mana yang akan banyak terpakai, ke arah mana diri akan kita bawa. Tak ada manusia sempurna selain Rasulullah, maka setiap kesalahan anak manusia pasti akan dimaafkan jika ia memohon maaf dan ampunan pada Allah.

Hidup sesingkat itu, teman. Seperti baru kemarin saya mulai mengisi blog ini, dengan gaya menulis anak muda yang penuh semangat, sesekali dengan tulisan mengharu biru, tulisan-tulisan tentang hari-hari yang konyol, tentang teman-teman, tentang sekolah, kampus dan sebagainya juga perjalanan rasa yang pada akhirnya menemukan posisi berlabuh yang tepat di waktu yang tepat.  Kadang geli, kadang tertawa ngakak dan kadang juga terharu tiap kali membaca kembali tulisan-tulisan jadul di blog ini.Saya seperti sedang mendengar diriku di versi masa lalu bercerita padaku. saya menikmati membaca tulisan sendiri karena ya, banyak sekali hal-hal yang saya syukuri pada akhirnya. Keputusan-keputusan pada masa muda yang saya ambil setidaknya tidak terlalu menyulitkan saya di masa sekarang. Bahkan hal-hal berat yang saya hadapi dulu ternyata adalah training dari Allah untuk menghadapi segala hal di masa dewasa. 

Saya beryukur pada Allah dan berterimakasih pada diri saya di masa muda karena telah mau banyak belajar dan berproses tanpa menyerah. Saya berterimakasih sekali karena mau menjalani banyak pengalaman dan belajar banyak life skill yang pada akhirnya memudahkan saya saat ini. Saya tahu hal itu berat banget dulu karena saya di masa muda sangat insecure dan lebih banyak mindernya ketimbang percaya dirinya. Itu sesuatu yang berat banget, tetapi alhamdulillah saya di masa itu cukup tangguh dengan bisa melewati itu semua dan membawa cukup banyak bekal ilmu dan pengalaman untuk hidup saya saat ini. Terimakasih banyak diri saya yang tak pernah menyerah meski berkali-kali berada di titik nadir. Ternyata itu cara Allah membuat kita kuat dan siap action di masa dewasa. Ketika menjadi suami, menjadi ayah dan ketika menjadi seorang profesional dalam bidangnya. 

Berdamai adalah keywordnya. Pada akhirnya kita harus berdamai dengan semuanya; dengan diri sendiri, dengan masa lalu, dengan masa depan, dengan masa kini dan dengan orang-orang atau keadaan. Mungkin kalian akan bertanya bagaimana caranya? Saya tidak bisa menjabarkan caranya yang saya tahu saya hanya terus berproses, terus berusaha hidup dengan baik, meminimalisir kesalahan dan berusaha terus on the track biar gak tergelincir. Hadapi setiap masalah dan kesulitan dengan memperhatikan baik buruknya. Seberapa baik dan seberap buruk sebuah urusan, itu penting banget untutk kita sikapi dengan bijak. Proses demi proses, masalah demi masalah itu sesungguhnya akan membawa kita pada titik yang kita sebut berdamai tadi. Nanti kamu akan tiba pada titik dimana kamu sudah tak lagi begitu ngotot ingin menjadi yang terdepan, terhebat atau ter ter lainnya. Pada titik itu kamu akan melihat dunia dengan perspektif yang berbeda lalu bergumam ooo jadi gini tenryata. Pada banyak hal yang dulu kita kejar dengan jatuh bangun pada akhirnya kita akan bergumam "ya sudahlah lah ya"  dan ketika kalimat ini sudah bisa kamu ucapkan dengan hati yang lega, lengang, lapang dan legiowo saat itulah kamu sudah mulai berdamai dengan dirimu. Ketika dendam pada orang berubah menjadi rasa kasihan dan iba, ketika luka batin di masa lalu sudah bisa kita tertawakan atau minimal ketika kita ingat kita bisa senyum dan berucap "terimakasih sudah memberikan pelajaran berharga buat saya".  Ketika rasa maklum kita semakain tinggi pada sekitar dan ketika kita lebih melihat sebab musabab mengapa orang-orang berbubat buruk daripada menghakiminya. Ketika itulah hidupmu sudah level up.

Saat ini, di usia menuju 37 tahun saya menjalani beberapa peran dalam hidup ini. Peran terbesar dan terpenting saya tentu saja menjadi seorang ayah untuk tiga puteri saya. Peran lainnya adalah amanah menjadi seorang guru dan menjadi pekerja untuk informasi publik yang sangat saya nikmati. Amanah-amanah pekerjaan ini sesungguhnya sudah hadir sejak bertahun-tahun yang lalu namun saya selalu menolak karena masih belum bisa berdamai dengan rasa insecure saya saat itu. Semua terlewatkan begitu saja padahal itu hal yang saya inginkan dan penting sebenarnya buat hidup saya tetapi saya selalu merasa saya akan aman jika di dalam "gua" saya saja. Bekerja dalam "gua" dan tak kemana-mana tapi ingin ada dimana-mana. Aneh memang, tetapi begitulah saya dengan prolema dalam diri saya saat itu. Namun saat ini tidak lagi, sejak beberapa tahun belakangan ini saya menyadari bahwa saya ternyata terlalu meng-underestimate diri saya sendiri. Saya terlalu khawatir mengecewakan orang lain, saya khawatir akan melakukan kesalahan yang membuat saya malu dan orang - orang terdekat saya kecewa dan sebagainya. Ternyata semua itu hanyalah ada dalam pikiran saya saja. Saya mulai memutuskan berhenti medengarkan isi kepala saya yang seperti itu, saya mulai mendengarkan mereka yang memercayai saya, mulai percaya pada mereka yang begitu mengandalkan saya lebih dari yang saya duga. Maka hidup semakin lapang rasanya. Hati dan pikiran tak lagi terlalu cemas dan gelisah pada hal-hal yang hanya ilusi pikiran saya saja. Hidup menjadi lebih indah dan berwarna. Saya merasa semakin siap menjalani hidup ke depan dengan optimis.

Begitulah, teman! Proses menjalani hidup ini sesungguhnya menarik jika kita sadari bahwa setiap hal yang kita lewati, setiap masalah yang kita hadapi adalah proses yang menempa kita akan lebih baik di masa depan. Sedikit yang menyadari itu, karena tidak sadar dan tidak sabar akhirnya mereka membawa diri mereka semakin jauh dari track hidup yang seharusnya. Bukannya semakin bahagia, justru hidup mereka semakin berantakan karena mereka menolak proses yang diberikan oleh Nya. 

Jadi, kalian yang membaca ini, jika usiamu jauh di bawah saya, sudah tahu kan apa yang harus kalian lakukan? Lalu buat teman-teman yang mungkin berada di posisi yang sama dengan saya, apa yang ingin kamu ceritakan untuk dibaca oleh orang-orang di belakangmu? 


------------------------








Bersama Dr. Saleh Ending pada program Berugaq Budaya TVRI NTB































Senang sekali narsum saya kali ini di program NTB Bicara TVRI NTB adalah Ibu Nelly, Kadis Perdagangan NTB dan Prof Suarji, beliau adalah penilti Pertanian Universitas Mataram. Senang karena saya bisa banyak bertanya tentang pertanian mulai dari seperti apa pra produksi, produksi hingga distribusi padi petani kita yang ternyata masih miris sekali dengan permasalahan pupuk, biaya tanam belum masalah ijon yang "setia" menemani setiap menunggu masa panen sehingga ketika panen hasilnya sebagian besar buat bayar hutang 😭
Bu kadis dan Pak Prof memberikan edukasi yang bisa Teman-teman simak di link di bawah. Pal Prof dan Bu Kadis jg aktif mengajak anak-anak muda untuk menjadi smart farmer, menjadi petani millennial yang bisa mengubah wajah pertanian kita menjadi lebij modern dan maju. Juga untuk mengantisipasi alih fungsi lahan yg jelas juga memberikan pengaruh pada stabilitas harga pangan kita.


Comments

  1. "terimakasih sudah memberikan pelajaran berharga buat saya". Dan... Ajie sptnya sdh bs memberi pelajaran itu utk org lain.. di usia 37 sdh mampu menoreh banyak pengalaman berharga.. smg panjang umur sehat sll kawan... Dr dlu pengen bgt punya blog pribadi, belum kesampean nih😁

    ReplyDelete

Post a Comment