Hati-hati : Kenapa Kita Gampang Lapar dan Ngantuk Setelah Makan Karbohidrat? | Rangkuman Podcast Ade Rai & Raditya Dika


Masalah klasik setelah makan siang: tiba-tiba mata berat, badan lemas, dan sebentar kemudian sudah merasa lapar lagi. Ternyata, ini bukan karena kita malas atau kurang tidur, melainkan karena ada yang salah dengan cara kita mengelola gula dan karbohidrat dalam tubuh.

Bicara soal kesehatan, ikon kebugaran Ade Rai menjelaskan bahwa gula bukanlah musuh utama. Masalah sebenarnya adalah toleransi tubuh kita yang buruk terhadap gula (terutama dari karbohidrat olahan dan makanan tinggi lemak olahan) yang kita konsumsi secara berlebihan.

Siklus Gula Darah dan Resistensi Insulin

Inilah yang terjadi di dalam tubuh kita setiap kali kita mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak:

✅Gula Darah Melonjak : Karbohidrat yang masuk diubah menjadi gula, lalu kadarnya dalam darah melonjak tajam, jauh di atas batas normal.

Insulin Bekerja Keras: Untuk menyelamatkan tubuh dari bahaya gula darah tinggi, pankreas melepaskan hormon insulin secara berlebihan. Insulin adalah kurir yang bertugas menurunkan gula darah dengan membawanya ke dalam sel.

Sel Jadi "Kebal" (Resistensi Insulin): Karena setiap hari dihujani insulin berlebihan, sel tubuh menjadi "muak" dan menolak sinyal dari insulin. Inilah yang disebut Resistensi Insulin.

✅ Resistensi insulin inilah yang menjadi akar permasalahan banyak penyakit kronis hari ini. Sel-sel tidak bisa menerima gula dengan baik, padahal gula itu adalah sumber energi utama kita.

Kenapa Kita Merasa Lapar dan Ngantuk?

Lonjakan gula darah yang tinggi tadi memicu penurunan yang juga curam. Inilah yang disebut memberi sinyal kuat kepada tubuh: lemas, mengantuk, dan timbul rasa lapar lagi. Ini adalah lingkaran setan yang membuat kita terus mencari karbohidrat, seolah-olah kita tidak pernah merasa kenyang.

Kemana Perginya Gula Berlebihan?

Gula seharusnya disimpan di gudang energi kita, yaitu di liver (hati) dan otot rangka (sebagai glikogen). Sayangnya, gudang di hati terbatas. Sementara itu, otot kita—yang merupakan tempat pembuangan gula terbesar—seringkali tidak dilatih dengan baik (latihan beban sering terabaikan). Akhirnya, gula terpaksa diubah dan disimpan di sel lemak.

"Karbo jadi lemak" terjadi karena gudang gula di otot sudah penuh akibat jarang dilatih, sementara asupan gula terus datang. Jika konsumsi gula terus berlebihan, sel lemak pun mencapai batas kapasitasnya. Pada akhirnya, gula menumpuk dalam darah, menyebabkan berbagai komplikasi serius pada mata, kulit, pembuluh darah, hingga memicu penyakit degeneratif.

Strategi Cerdas Mengelola Karbo

Mas Ade Rai menekankan, kita tidak perlu memusuhi karbohidrat, tapi kita harus mengelolanya dengan strategi:

Cegah Lonjakan Gula Sebelum Makan: Coba minum air dengan sedikit cuka apel/cuka (2 sendok) 1 jam sebelum makan. Ini membantu memperlambat lonjakan gula darah.

Jangan Makan Karbo Sendirian: Jangan membuka atau mengonsumsi karbohidrat (seperti nasi atau manis-manisan) tanpa ditemani.

Prioritaskan makan protein dan lemak terlebih dahulu. Gabungkan makanan Anda—nasi dicampur lauk dan sayur. Ini akan memperlambat proses pencernaan karbohidrat, sehingga kenaikan gula darah lebih landai.

Segera Bergerak Setelah Makan: Setelah makan karbohidrat, lakukan aktivitas yang melibatkan otot rangka, seperti jalan kaki 30 menit. Otot yang aktif akan bertindak seperti spons yang langsung menarik gula dari darah. Ini mengurangi beban pankreas dan meningkatkan sensitivitas insulin Anda.

Intinya, kesehatan berawal dari pemahaman yang tepat. Dengan memahami bagaimana gula bekerja dan mengapa kita mengantuk, kita bisa mengambil keputusan sukarela untuk mengubah perilaku makan, sehingga kita tidak lagi terjebak dalam siklus yang melelahkan.

Comments