Sering setiap malam kami pillow talk dan membahas berbagai hal. Kebanyakan random. Biasanya apa yang terakhir kita liat atau baca hari itu di hp masing-masing.
Suatu malam kami membahas Mitokondria. Sebuah sel atau organel yang harus terus kita aktifkan dan rawat agar kita tetap sehat dan berdaya. Itu info awal yang di lempar ke tengah pillow talk kami oleh istriku. Selanjutnya saya jadi tertarik untuk tahu lebih banyak. Lalu saya mulai membaca dari berbagai sumber dan nonton video di youtube tentang Mitokondria ini.
Lalu kemudian rasanya saya harus share deh ke teman - teman tentang si mitokondria ini karena sepenting dan sekeren itu Allah menciptakan kita yang selalu akan berkaitan dengan ibu kita masing-masing.
***
Di dalam diri kita, ada sebuah rahasia kecil yang terus berdenyut sejak hari pertama kita tercipta: mitokondria.
Ia seperti pembangkit cahaya dalam sebuah kota, menyalakan segala lorong kehidupan di tubuh kita. Tanpanya, kita tak bisa bergerak, bermimpi, mencintai, bahkan sekadar membuka mata menyambut pagi. Yang membuatnya lebih istimewa adalah ini: mitokondria membawa warisan langsung dari ibu kita.
Dari seluruh kisah biologis manusia, ia adalah salah satu jejak paling abadi. Setiap anak membawa sepotong cahaya ibunya, tersimpan sunyi dalam sel-sel yang bekerja tanpa jeda.
Bayangkan begini : tubuh kita adalah rumah besar, dan mitokondria adalah lentera kecil yang tak pernah padam. Lentera itu pertama kali menyala di rahim seorang ibu, dan ia terus mengikuti ke mana pun kita melangkah. Bahkan ketika suara dan pelukannya tak lagi bisa kita dengar atau rasakan, cahaya itu tetap ada.
Para ilmuwan mengatakan bahwa mitokondria menghasilkan energi untuk tubuh. Tetapi jika ditilik lebih dalam, ia seperti doa diam seorang ibu yang berubah menjadi kekuatan pada setiap tarikan napas anaknya.
Ketika tubuh kita sehat, ketika hati kita kuat menghadapi badai, mungkin di situlah cahaya itu bekerja. Namun ketika mitokondria kelelahan—karena kurang tidur, terlalu banyak cemas, atau tubuh yang penuh beban—energi kita meredup. Tiba-tiba hidup terasa lebih berat, seperti kota yang lampunya meranggas satu per satu.
Karena itu, merawat tubuh dan hati bukan hanya tentang kita. Itu adalah cara kita menjaga warisan cahaya yang dititipkan seorang ibu pada kedalaman sel-sel kita.
Setiap pilihan hidup adalah cara kita berbicara kembali pada warisan itu. Saat kita makan dengan penuh kesadaran, kita sedang menyisiri nyala kecil itu, agar ia tetap hangat. Saat kita memaafkan diri sendiri, kita sedang menyeka kaca lentera agar cahayanya tak tertutup debu. Saat kita beristirahat dari dunia yang bising, kita sedang membiarkan cahaya itu bernafas. Saat kita merawat kesehatan mental kita, kita sedang menghormati cinta yang diwariskan melalui darah dan kehidupan.
Sebab hubungan ibu dan anak bukan hanya tersimpan dalam ingatan, pelukan, atau air mata. Ia terikat di kedalaman paling sunyi; di tempat sains dan keajaiban saling berpelukan.
Di sana, pada setiap sel tubuh kita, ibu masih hidup. Bukan dalam bentuk bayang-bayang yang menyakitkan, tetapi sebagai cahaya yang menerangi langkah kita, sepanjang usia.
Mungkin disini ada yang punya info lain yang menarik tentang Mitokondria? Share dong di kolom komentar 🙏
MasyaAllah..selalu suka dengan tulisan tulisannya Kak Ajie...👍🏻👍🏻
ReplyDelete